47-Luka Yang Tak Ada Habisnya

1.3K 63 0
                                    

"Hati yang sudah benar-benar hancur harus kembali berjuang. Kembali memejamkan matanya untuk menikmati setiap luka yang perlahan datang."

Deandra Briana

***

Kara dan Abdil tengah duduk di bangku taman rumah sakit. Mereka terdiam dan hanya mampu memandang cerahnya langit malam.

Mereka belum mengetahui kondisi Dea sekarang. Setelah sholat mereka memutuskan untuk berbicara empat mata.

Perasaan keduanya saat ini benar-benar kacau. Kara yang khawatir dengan kondisi Dea, dan Abdil yang juga khawatir dengan kondisi Dea serta rasa penasarannya terhadap Risna dan Dea.

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi antara Mama Risna dan Dea?" tanya Abdil memecahkan keheningan.

Kara menoleh sekilas. "Kenapa begitu penasarannya lo dengan kisah mereka," jawab Kara datar.

Abdil menatap heran. "Kisah?" tanya Abdil.

Kara mengangguk. "Iya," sahut Kara tanpa melirik. "Mereka punya kisah yang mungkin gak akan lo percaya begitu aja," lanjut Kara.

Abdil memejamkan mata. "Tapi gue ingin tahu tentang mereka. Mengapa semua ini bisa terjadi?"

Kara melirik Abdil. "Jadikan bintang sebagai saksinya." Kara menatap Abdil lekat.

Abdil mengangguk perlahan dan mulai memperhatikan Kara.

Kara mulai menarik napas panjang. "Jadi ...."

"Anak pembawa sial!"

"Mama awas!"

Brak

Tuttttt

"Suster apa Mama benar-benar marah sama Dea?"

"Bukan hanya sekedar marah tapi saya benci. Benci!"

"Saya tidak sudi punya anak pembunuh!"

"Jangan panggil saya Mama lagi."

"Jangan pernah dekat dengan Abdil lagi. Kalau kamu dekat dengan dia saya tidak akan segan untuk mencelakai kamu dan juga Arjas!"

"Tapi Dea anak Mama."

"Saya bukan Mama kamu!"

"Saya benci anak pembawa sial!"

"Gara-gara kamu saya harus kehilangan dua orang paling berharga dalam hidup saya."

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang