41-Bangun Dari Lelap

1K 64 0
                                    

Bukan tentang keegoisan. Tapi tentang seseorang yang bersembunyi di balik perhatiannya.

***

Kara membuka pintu ruang icu. Kini waktu sudah menunjukan pukul 12.45 siang di mana tadi pagi Dea sudah menjalani pengobatan yang dokter Salman rencanakan.

Di sana ada Randy dan Redio yang sedang tertidur pulas, sebab semalaman ikut menjaga Dea.

Kara duduk di samping Dea lalu mengusap pucuk kepala Dea. "Tidurnya masih pulas?" tanya Kara bermonolog.

Kara tersenyum hambar. "Dokter Salman bilang ... kamu akan cepat sadar. Tapi kok sekarang belum!" lirihnya.

Kara menggenggam tangan Dea. "Kamu itu udah sembuh, kok. Cuma betah aja tidur," ucap Kara.

Kara memandang wajah Dea lekat sambil berusaha untuk tersenyum. Namun, mata Kara terbuka lebar saat jemari serta mata Dea bergerak pelan.

Kara melambaikan tangannya pada Randy dan Redio namun terus memandang Dea. "Ran, Red." Kara sedikit berteriak membuat keduanya terbangun.

"Ada apa?" tanya Randy setengah sadar.

Randy dan Redio menguap. "Ngantuk Kar," ujar Redio.

"Panggilin dokter Salman! Buruan!" perintah Kara yang tak ditanggapi apapun.

Randy dan Redio hanya saling melirik tak mengerti membuat Kara malah emosi. "Lo berdua, kok, malah diem! Edan ya?" Kara melemparkan buah apel kewalahan Randy.

Randy dan Redio langsung berdiri dan terlihat panik. "DOKTER SALMAN!" teriak mereka berdua sambil berlari keluar.

Kara menggelengkan kepalanya pusing, lalu kembali fokus pada Dea. "Dea," panggil Kara pelan.

"Kamu udah sadar?" tanya Kara pelan.

Perlahan mata Dea terbuka. Dea terlihat bingung dan melirik kanan dan kiri secara perlahan. "Aku di mana Kara?" tanya Dea lirih.

"Kamu di rumah sakit," jawab Kara.

Dea terlihat heran menatap Kara. "Nga-pain?" tanya Dea.

Kara menatap Dea sendu. "Kamu udah dua hari koma. Jadi, kamu dirawat di sini," jawab Kara.

"Apa bunda sama ayah tahu?!" tanya Dea.

Kara mengangguk. "Mereka baru aja pulang. Dan nanti sore ke sini lagi," jawab Kara seadanya.

Mata Dea terlihat berkaca-kaca. "Kenapa kamu kasih tahu!" ujar Dea sendu.

Saat Kara hendak menjawab dokter Salman datang bersama kedua sahabatnya. "Ada apa?" tanya dokter Salman panik.

Kara dan Dea menoleh. Terlihat dokter Salman bernapas lega saat melihat Dea yang sudah sadar. "Mereka bilang Dea kenapa-napa," ujar dokter Salman sambil melirik Randy dan Redio.

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang