2- Siapa?

3.3K 190 11
                                    

"Tuhan kapan aku akan bahagia?"

***

Deandra Briana sebuah nama yang sangat familiar di kalangan SMA Buana. Bukan karena segudang prestasi, bukan pula karena paras yang cantik, apalagi mengenai harta.

Tetapi, nama itu dikenal karena menjadi bahan bully dan hinaan seantero SMA. Sejak dia kelas 5 SD sampai sekarang kelas 12 SMA. Dia tak lagi merasa bahagia, hanya terluka.

Dea terduduk di bangku kelasnya. Dea hanya duduk menyendiri dan ditemani buku-buku tebal. Rambut yang dibiarkan tergerai membuatnya bak hantu.

Duduk dalam kesendirian sudah menjadi kebiasaannya sejak SMP. Saat SD Dea memiliki sahabat baik bernama, Resa. Namun Resa perlahan menjauh karena tahu tentang masalahnya bersama sang Mama.

Sejak saat itu, Dea menjadi The Girl That Hurt, gadis yang tersakiti. Gadis dengan segudang patah hati, serta penderitaan. Bohong, jika banyak orang bilang sekolah adalah tempat kita melupakan sejenak masalah dalam keluarga. Namun, itu tak berlaku untuk Dea.

Setelah tersadar dari lamunan panjang, Dea kembali menundukkan kepala melihat ke laci mejanya.

Bekal dan Minum

Serta secarik kertas.

Jangan lupa dimakan, aku gak mau kamu kelaparan.

Hanya itu yang tertulis. Dea mengerutkan kening, untuk kesekian kali, seseorang mengirim bekal dan ia tidak tahu siapa. Entah laki-laki atau perempuan. Tetapi jika ada pesan di setiap kertas, semuanya sangat menandakan bahwa seseorang itu sangat irit berbicara.

"Aku tidak tahu kamu siapa. Tapi, ini alasan aku masih bertahan menjalani hidup. Sebab kamu satu-satunya orang yang masih menyayangiku walau dalam diam," lirih Dea sedu.

"Gadis pembawa sial. Nunduk aja lo!" bentak teman sekelas Dea.

Dea hanya menundukkan kepalanya. Ini sudah biasa, dia sudah kebal. Jadi anggaplah itu hanya angin kecil yang lewat begitu saja.

"SELAMAT PAGI ANAK-ANAK!" Seorang guru datang membuat aksi perundungan itu terhenti.

"PAGI."

***

Kreng ...

Bel akhirnya berbunyi. Gadis malang bernama Deandra Briana langsung bergegas pergi setelah semua murid ke kantin. Sengaja Dea menunggu semua orang pergi agar tak ada yang mengganggunya saat berjalan menuju taman.

Dea tak pernah lagi pergi ke kantin. Gadis itu tak mempunyai teman sejak ada kejadian yang membuatnya menjadi bahan bully dan hinaan.

Syukurlah.

Satu kata yang dia ucapkan dalam hati. Akhirnya dia sampai di taman belakang tempat favoritnya. Muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai sedang apa Dea di sana? Ya. Setiap istirahat Dea pergi ke taman belakang untuk memakan bekal dari orang misterius. Bahkan, tempat makan dan minumnya sampai menumpuk di rumahnya.

Dea duduk di bawah pohon rindang. Semilir angin menembus permukaan kulitnya. Kesejukan dan kesunyian ini yang dia inginkan.

Perlahan Dea membuka kotak bekal itu. "Nasi goreng."

Dea mulai memakannya. Tidak ada teman, tidak ada satupun yang menemaninya. Dua tetes air mata jatuh dari kedua pelupuk mata indah Dea. Tak ada yang indah dalam hidupnya.

"Terluka," gumamnya. Dea memejamkan mata sambil menikmati semilir angin di siang hari.

Langit bersih menyapu semua awan putih. "Deandra Briana. Gadis kuat dan tangguh yang tidak pernah mengeluh karena ujian hidup dari Tuhan," ucap Dea dengan mata terpejam.

"Lo gadis hebat," ucap seorang lelaki dari samping Dea.

Namun, Dea enggan membuka mata. "Lo gadis tangguh yang tidak pernah mengeluh," sambung lelaki itu.

"Jangan pernah menganggap kehidupan itu kejam. Sebab, semua orang punya ujian hidupnya masing-masing dan Tuhan tidak akan memberi ujian luar batas kemampuan hambanya," lanjut seorang lelaki yang kini duduk di samping Dea.

Dea yang penasaran langsung membuka mata dan yang dia dapati adalah seorang lelaki populer di sekolahnya. Tetapi, Dea tidak mengetahui namanya. "Kamu siapa?" Wajah Dea datar seketika.

"Kenalin. Gue Abdil Pratama," ucap Abdil sambil mengulurkan tangan.

Dea hanya memandang uluran tangan Abdil lalu tersenyum getir. "Sejak kapan ada orang yang mau temenan sama aku," ucap Dea sambil mengalihkan pandangannya.

"Sejak sekarang," jawab Abdil cepat.

"Kenapa kamu mau temenan sama orang yang selalu dihina seperti aku?" tanya Dea masih memandang ke arah lain.

"Menjalin pertemanan itu tidak harus melihat latar belakangnya terlebih dulu. Semua orang berhak untuk berteman dengan siapa pun, " ujar Abdil.

"Tapi, dari semua orang yang ada di sini gak satu pun yang suka dengan kehadiran aku. Mereka semua kejam terhadap aku, " lirih Dea dengan kepala yang tertunduk.

"Gak semuanya kejam, kok. Pasti masih ada yang sayang dan peduli sama lo, walau caranya tidak terus terang dan hanya bisa secara diam-diam," kata Abdil.

Dea tertegun dengan perkataan Abdil. Apa Abdil orang misterius yang selalu mengirimnya bekal setiap hari? Karena untuk saat ini hanya Abdil yang mau berteman dengannya.

***

Tbc

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang