Kamu seukir chandra yang terbelenggu dalam qalbu-ku. Seukir makna yang sangat indah untukku, seukir senyum yang menjadi canduku, namun kau amat jarang menunjukkan itu padaku.
***
Kara duduk di ranjangnya sambil menatap nanar surat yang ia pegang. Napas Kara terngah-ngah dan perasaannya amat sedu.
Tubuh Kara terasa lemas serta air matanya mengalir begitu deras. Kara meletakkan surat itu di atas nakasnya.
"Jadi ... kamu menghilang karena ini," lirihnya bermonolog.
"Kenapa harus disembunyikan seperti ini?" tanyanya bermonolog.
"Rasanya jika seperti ini, aku sama sekali tidak berguna!" lirihnya sambil menunduk dan menjabak rambut frustasi.
Kara melirik surat itu lalu melipatnya kembali. Kara berdiri dan berjalan dengan tergesa-gesa entah menuju kemana sambil membawa surat itu.
Kara berhenti di depan kamar Dea, ia menghadap pintu kamar itu lalu dengan perlahan mulai mengetuknya.
Tok tok tok
"Dea!" panggilnya pelan, namun tidak ada jawaban.
"Dea!" panggilnya lagi.
Ceklek
Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan Dea yang sudah memakai piama. "Kara, ada apa?" tanya Dea.
Kara menelan salivanya dengan susah payah, menahan rasa sesak di hatinya. "Ada yang mau aku omongin sama kamu," ucapnya yang diangguki Dea.
Dea membuka pintu sedikit lebar untuk mempersilahkan Kara masuk. "Masuk aja. Aku belum tidur kok," Dea berjalan masuk ke dalam kamarnya, lalu duduk di ranjangnya.
Kara berjalan mengikuti Dea, namun ia hanya berdiri di depan Dea. "Kamu sakit?" tanyanya menahan sesak.
Dea mengerutkan keningnya. "Eng-gak!" jawab Dea terbata-bata.
Kara memejamkan matanya sambil melirik ke arah lain, lalu menunjukkan surat itu pada Dea. "Ini apa?" tanyanya datar.
Mata Dea terbuka lebar saat melihat itu. Dea langsung berdiri di depan Kara sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Ka-mu?" lirihnya dengan cemas.
Kara langsung melirik Dea dengan sendu. "Kenapa, bohong?" tanyanya sendu.
Kara mencekal kedua bahu Dea. "Kenapa, Dea? Kenapa?" tanyanya pilu.
Dea menundukkan kepalanya dan menangis. "Kamu dapet surat itu dari mana?" tanyanya sendu.
"Gak penting, aku dapet dari mana, De. Yang aku tanyain kenapa kamu gak bilang hal ini dari awal!" jawab Kara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️terbit] 1. The Girl That Hurt
Fiksi Remaja(𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐡𝐨𝐩𝐞𝐞 𝐅𝐢𝐫𝐚𝐳 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩) "Anak pembawa sial!" Tuttttt .... Iya. Aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga. Namun, dulu aku adalah seorang gadis kecil ya...