54-Kesempatan yang Berakhir Penyesalan

3.3K 92 14
                                    

"Terima kasih luka kau sudah menjadi teman dalam hidupku. Menjadi guru untukku, bagaimana caranya untuk bersabar dan tabah."

~Deandra Briana~

***

Waktu pun telah tiba. Malam ini sangat dipenuhi kebahagiaan dan keceriaan. Semuanya serempak mengenakan baju putih sesuai permintaan Dea.

Dekorasi pantai pun sangat sederhana, hanya ada balon-balon berwarna putih dan satu meja kecil di tengah.

Tidak ada teman atau siapapun yang datang selain, Arjas, Risna, Fernando, Keno, Luna, Abdil, Kara, Randy dan Redio, serta dokter Salman. Dea diperlakukan bak ratu memakai mahkota kecil dengan rambut yang tergerai.

Samping kiri ada Arjas yang menggandengnya dan samping kanan ada Risna. Di belakang Dea ada Kara yang di samping kiri Kara ada Keno dan samping kanan ada Luna. Sisanya berada di belakang.

Dea melirik Arjas dan Risna secara bergantian. "Terima kasih telah kembali untuk Dea," ucap Dea sambil tersenyum.

"Sama-sama, Nak," jawab Arjas yang diangguki Risna.

"Maaf. Acaranya sangat sederhana," ujar Risna sedih.

Dea menggeleng. "Kan, Dea yang minta. Lagian bukan kemewahan yang menjadi sumber kebahagiaan. Tapi ketulusan hati. Jika apa yang ada sekarang adalah murni ketulusan Mama dan Papa sudah lebih dari cukup, Dea akan bahagia."

Semuanya tersenyum. Kaki mereka mulai melangkah mendekati meja yang terdapat kue ulang tahun berwarna putih.

Mereka mulai mengambil posisi melingkari meja bundar itu. Semua tersenyum senang apalagi Dea yang sedari tadi tidak henti tersenyum.

"Kita mulai, ya," perintah Randy yang diangguki semuanya.

"Selamat ulang tahun." Nyanyian itu terdengar merdu sehingga membuat Dea, Arjas serta Risna menjatuhkan air mata.

Selama sembilan tahun tak seperti ini, membuat Dea sangat bahagia. Ulang tahunnya yang ke-18 akhirnya bisa bersama kedua orang tuanya lagi.

Selama sembilan tahun tidak memperlakukan anak mereka seperti ini, membuat Arjas dan Risna tak henti merutuk diri mereka.

Setelah nyanyian terhenti akhirnya Kara membuka suara. "Sebelum tiup lilin jangan lupa make wish."

Dea tersenyum pada Kara lalu memejamkan mata sebentar. "Huh!" Lilin pun ditiup membuat semuanya tertawa bahagia.

Inilah kesederhanaan yang bisa membuat Dea tersenyum dan bahagia. Dea kini sudah kembali menjadi gadis yang ceria dan bahagia, bukan lagi gadis yang selalu terluka dan disakiti.

Risna mencium kening Dea cukup lama. "Terima kasih telah ada dihidup Mama. Semoga kamu menjadi anak yang sukses, selalu bahagia, tetap ceria dan selalu sehat." Air mata Risna luruh.

Ganti Arjas yang mencium kening Dea. "Terima kasih telah sabar menghadapi Papa selama ini dan maaf atas perkataan bahkan perbuatan yang sudah Papa lakukan sama kamu. Semoga di umur kamu yang ke-18 kebahagiaan tidak lagi hilang, dan doa Papa selalu menyertai kamu."

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang