"Cercaan demi cercaan
Hinaan demi hinaan
Yang kudengar dari mulut mereka."***
Semuanya terlihat hitam di pandangan seorang gadis berambut panjang sepinggul yang dibiarkan tergerai itu. Tidak ada warna yang ia lihat selain hitam.
Gadis itu selalu tertunduk, menutup seluruh wajahnya dengan rambut lebat lurus. Tak ingin melihat semua orang yang ada di hadapannya, karena menurutnya tidak ada seorang pun yang menyanyangi termasuk keluarganya.
"Lihat. Gadis pembawa sial itu harus diusir ketika lewat di sini. Jika teras kelas kita diinjak, nanti kita ikutan sial." Hinaan itu terlontar begitu lancar dari mulut seorang pelajar, tanpa jeda dan rasa bersalah mereka mendorong gadis malang itu untuk menjauh dari hadapan mereka semua.
"Pergi lo gadis pembawa sial. Pergi!" usir semua siswa yang berada di koridor SMA Buana Bandung.
Gadis itu pasrah, baginya ini bukan untuk pertama kali. Walau ia sudah kebal, tetapi ia tetap saja gadis biasa yang mudah rapuh saat menerima sebuah luka.
Gadis itu berlari mencari tempat sunyi tanpa penghuni. Di kehidupannya dia tidak pernah lagi mengenal kata keramaian dan kebahagiaan, yang dia rasa hanya kesunyian dan kekejaman semua orang.
Tibalah dia di tempat yang hanya ada kesunyian tanpa penghuni. Taman Belakang sekolah. Ini tempat favoritnya, sebab tidak ada yang berkunjung selain dirinya.
"Gadis malang," gumamnya.
Tidak ada kata lain yang dia ucapkan selain 'gadis malang'. Itu sebagai julukan untuk dirinya.
Tidak ada bahu yang bisa ia jadikan sandaran. Tidak ada pula teman untuk sekedar bercerita agar meringankan beban hidupnya.
Tertunduknya kepala serta bergetarnya bahu gadis itu, menandakan bahwa ia sedang rapuh.
Diangkatnya wajah gadis itu dan memunculkan wajah datar nan pucat.
Senyuman yang dulu selalu ia ukirkan, sekarang semuanya sudah kelam tertelan sebuah permasalahan yang menuntutnya untuk seperti ini. Tidak ada lagi kebahagiaan dalam hidupnya, tidak ada lagi senyuman yang dapat dia ukirkan.
"Mama, Papa," gumamnya.
"Kenapa seperti ini?" katanya sungguh lirih, sebab bergetarnya bibir gadis itu untuk menahan isak tangisnya.
Tidak ada teman yang datang menghiburnya, tidak ada satupun orang yang peduli padanya.
Hidupnya begitu kejam. Dia hanya tinggal bersama sang Papa yang sibuk dengan pekerjaan. Tidak ada waktu untuknya, baginya harta tidak menjamin kebahagiaan dalam hidup seseorang, tetapi yang menjadi jaminan kebahagian dalam hidup adalah kasih sayang.
"Mama. Kenapa pergi?"
Kehidupan baginya memenag kejam, dimana ada seorang Ibu yang tega meninggalkan anaknya demi laki-laki lain.
"Mengapa?" Suaranya nyaris tercekat.
***
Bel masuk berbunyi yang mengharuskan semua murid masuk kelas.
Gadis malang itu masih dengan pertahanannya, berjalan sambil menundukan kepala.
"Itu gadis pembawa sial!" pekik seorang siswa yang berjalan berlawan dengannya.
Siswa itu berjalan tiga orang beriringan, dua orang di antaranya sibuk mencibir dan menghina gadis malang itu. Satu diantaranya hanya diam sembari menatap datar.
"Kenapa, sih, dia selalu disebut gadis pembawa sial?!" teriak siswa itu yang membuat seluruh siswa dan siswi menatap ke arahnya. Gadis malang itu hanya diam dan menundukkan kepala sambil berusaha menahan isak tangisnya.
"Emang kenapa?" tanya siswa satu lagi.
"Karena dia anak yang dibuang Ibunya sendiri, sebab udah bikin calon adiknya mati!" pekik siswa itu dibarengi tawa semua orang. Hanya satu siswa yang tetap diam dan menatap gadis malang itu datar.
Dua tetes air mata jatuh di sepatu hitam gadis malang itu. "Gak usah nangis. Lemah banget jadi cewek." Siswa itu terus menghina dan merundung tanpa rasa iba.
Gadis malang itu memberanikan diri, mengangkat wajahnya. "Udah berani natap dia," kata siswa itu nampak tercengang.
Ditatapnya seluruh orang yang membully, dan menghinanya dengan datar. Sampai dia berhenti di satu siswa yang hanya diam. Gadis malang itu menarik satu inci sudut bibirnya.
Semuanya melempari gadis malang itu dengan berbagai jenis benda. Tak mau memperbanyak luka di fisik maupun batin, gadis itu berlari menerobos kerumunan. Rapuh, terluka. Itu yang di rasakannya, tidak ada senyum karena saling sapa, melainkan hanya ada tangisan karena hinaan.
_______vote komentar______
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️terbit] 1. The Girl That Hurt
Genç Kurgu(𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐡𝐨𝐩𝐞𝐞 𝐅𝐢𝐫𝐚𝐳 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩) "Anak pembawa sial!" Tuttttt .... Iya. Aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga. Namun, dulu aku adalah seorang gadis kecil ya...