34-Bertemu Dokter Salman

999 67 0
                                    

Membuat kamu tersenyum adalah canduku.

TGTH

***

Kara tengah berdiri menunggu di depan kelas Dea. Wajah Kara hari ini sangat berseri, apalagi setelah Richard pergi dari sekolah ini.

Sesekali Kara memainkan handphone-Nya untuk menghilangkan rasa kantuk akibat menunggu Dea. Setelah kejadian adu mulut bersama kedua sahabatnya tadi, Kara sama sekali tidak berbicara dengan Redio dan Randy sampai waktunya pulang.

Kara lelah dengan kedua sahabatnya yang terus melarang dirinya bersama Dea. Sebenarnya Dea di mata mereka itu apa? Apakah Dea membahayakan?

Kara melirik para siswa/i yang berlalulalang di depannya dengan tatapan datar. Kara tahu, sebagian dari mereka pasti ada yang membicarakan masalah kejadian kemarin.

"Kara!" panggil Dea saat baru saja keluar dari kelasnya.

Kara melirik Dea lalu tersenyum. "Hi!" balas Kara.

"Kita pulang bareng?" tanya Dea yang membuat Kara mendengus. "Kamu pulang naik kereta aja. Aku duluan," jawab Kara malas sambil berjalan meninggalkan Dea.

Dea terkekeh lalu berjalan mengikuti Kara. "Jangan marah," ujarnya sambil menunduk.

Kara melirik Dea lalu menggeleng sambil tersenyum. "Enggak, kok," balas Kara.

Dea hanya membalas dengan senyuman hambar yang membuat Kara heran. "Kamu kenapa?" tanya Kara.

Dea melirik Kara gelagapan. "Enggak kok," jawabnya cepat.

"Kamu masih mikirin hal kemarin?" Kara berdiri di samping mobilnya sambil menghadap Dea.

Wajah Dea terlihat sendu. "Aku masih trauma sama kejadian kemarin, dan sebagian anak-anak masih menuduh aku yang enggak-enggak," jawab Dea pelan.

Kara meraih kedua tangan Dea yang membuat Dea menatapnya. "Aku tahu kejadian kemarin itu bukan kejadian biasa. Aku juga ngerasa bersalah ... dan aku ngerasa gagal jagain kamu," balas Kara pelan.

Dea menggelengkan kepalanya. "Kamu gak salah, kamu gak gagal. Aku yang salah, aku yang gagal sebab aku gak bisa jaga diri aku sendiri. Aku cuma bisa repotin kamu," ujar Dea sendu.

Kara tak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Dea begitu cemas. "Wajah kamu pucat sekali," ujarnya khawatir.

Dea langsung menggeleng cepat sambil memegang kepalanya. "Enggak, Kara," lirihnya.

Kara semakin dibuat khawatir saat melihat Dea mimisan. "Mimisan! Please." Kara terlihat panik sambil memegangi kedua pipi Dea.

Saat ini Dea memang merasakan bahwa tubuhnya sangat tidak enak. "Kara," lirihnya.

Mata Kara terbuka lebar saat darah semakin deras keluar. "Kamu belum minum obat. Kita ke rumah sakit sekarang." Kara membawa Dea masuk ke dalam mobil begitu hati-hati.

Setelah ada di dalam Kara langsung memberikan tisu pada Dea dan membantu Dea membersihkan darah itu. "Jangan diangkat kepalanya. Tahan aja pake tisu, sekarang kita pergi ke rumah sakit." Dea menurut pada Kara.

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang