40-Apa Ini Yang Terbaik

1.1K 70 0
                                    

Sebuah kisah tentang dia harus terhapuskan dengan rasa ketidaktahuanku.

TGTH

***

Kara menoleh pada kedua sahabatnya. "Apa?" tanya Kara heran.

Randy terlihat cemas untuk menyampaikan. "Tadi-kita lihat Abdil di depan rumah sakit. Gue rasa dia ke sini cuma kayaknya gak masuk karena ada lo," ungkap Randy pelan.

Kara langsung menatap terkejut. "Se-ri-us?" tanya Kara terbata-bata.

Randy dan Redio mengangguk. Mereka melihat Kara yang nampak bingung. Bagaimana tak terlihat bingung, setelah Randy mengucapkan semua itu Kara langsung berdiri cemas dan terdiam.

Randy dan Redio hanya mampu memandang Kara. Mereka tahu jika Kara memiliki rasa tak enak hati jika Abdil benar-benar datang ke sini.

"Abdil juga kelihatannya nggak enak banget, Kar! Soalnya pas dia gas motor langsung cepet gitu," ungkap Redio.

Kara kembali melirik Redio. "Tapi gue beneran gak tahu Abdil ke sini," jawab Kara pelan.

Randy serta Redio langsung menunduk lemah. Kara melirik Dea yang masih memejamkan matanya. Kara langsung duduk dan menggenggam tangan Dea. "Aku tahu! Di dalam hati kamu, kamu sangat ingin bersama Abdil. Tapi, karena kamu gak mau tante Risna marah, kamu rela menjauh dari Abdil," ungkap Kara yang membuat kedua sahabatnya menatap tidak percaya.

Kara menunduk lesu, namun Kara langsung mengangkat kepalanya saat jemari Dea bergerak secara perlahan.

Kara beralih menatap wajah Dea. Mata Dea terlihat bergerak pelan untuk berusaha terbuka.

"Pa,Ma!" lirih Dea dengan mata tertutup.

"Kar Dea Kar," ujar Redio terkejut.

Kara melirik Redio sekilas. "Dea. Ini aku, Kara," ucap Kara panik.

"Panggil dokter bego!" teriak Kara saat Dea terus bergumam.

Randy langsung berlari dan berteriak memanggil, "DOKTER!"

Tak lama kemudian dokter Salman datang dengan tergesa-gesa. "Ada apa Kara?" tanya dokter Salman panik.

Dokter Salman langsung memeriksa Dea dan dibantu oleh para suster.

Kara terlihat cemas melihat kondisi Dea, sedangkan Randy dan Redio hanya mampu terdiam dan saling melirik satu sama lain.

Setelah selesai memeriksa, dokter Salman langsung terdiam dan melirik Kara sekilas. Dea kembali tenang setelah dokter Salman menyuntikkan sesuatu dilengan Dea.

Tatapan dokter Salman pada Kara terlihat risau yang membuat Kara menatap heran. "Kenapa Dok?" tanya Kara panik.

"Kamu bisa ikut ke ruangan saya?" Kara mengangguk lalu berjalan mengikuti dokter Salman. Selama perjalanan dokter Salman hanya terdiam membisu yang membuat Kara heran.

Dua menit berlalu, akhirnya mereka sampai di ruangan dokter Salman. Dokter Salman langsung mempersilahkan Kara duduk, dan Kara pun langsung duduk. Setelah dokter Salman duduk, dokter Salman langsung menunduk dan memejamkan matanya.

Terlihat wajah dokter Salman yang kusam dan bimbang. "Kara ... saya tahu ini sulit," ujarnya.

Kara terlihat bingung. "Maksudnya?" tanya Kara.

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang