"Kita terbelenggu oleh rasa."
***
Dea dan Kara sudah sampai. Mereka tengah berada di depan rumah Dea. Rumah ini mewah namun tidak memancarkan aura kebahagiaan.
"Makasih Kar. Sudah mau nganterin aku pulang," ujar Dea memecah keheningan.
"Sama-sama," jawab Kara sambil memandang Dea. Mereka masih berada di dalam mobil.
"Mau masuk?" tawar Dea dengan sedikit tersenyum.
Kara melirik ke dalam rumah Dea yang mewah namun terlihat muram. "Gak usah," jawab Kara singkat.
"Maaf," ungkap Dea lirih dan menunduk.
"Untuk apa?" tanya Kara sambil menyatukan alisnya.
"Karena sudah cerita soal masalah aku sama kamu," ucap Dea sambil melirik Kara.
Kara mengangguk dengan sedikit tersenyum kikuk. "Ketika ada orang yang tengah membutuhkan sandaran, karena dia mempunyai banyak masalah, kenapa kita harus menolak jadi sandarannya!" kata Kara.
Dea melongo ketika mendengar penuturan Kara yang menurutnya sangat jarang ia dengar dari sosok kaku Kara. "Itu kamu Kara?" tanya Dea tidak percaya.
"Bukan!" jawab Kara sedikit kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah depan.
"Barusan ngomongnya lembut, panjang, enak di dengar. Sekarang berubah lagi," gerutu Dea.
"Kamu tau? Aku cuek dan dingin sama orang tertentu," ungkap Kara kembali melirik Dea.
"Maksudnya?" tanya Dea.
"Kalo dia orang spesial aku, aku akan bertingkah normal selayaknya manusia pada umumnya. Bukan kayak es yang selalu beku," terang Kara membuat Dea menautkan kedua alisnya. "Tapi kamu sama aku gak ding-" ucap Dea yang langsung dipotong oleh Kara.
"Karena kamu orang spesial dalam hidupku," jelas Kara yang membuat Dea sedikit salah tingkah.
Dea dibuat terbang oleh kalimat yang Kara ucapkan padanya. "Aneh-aneh aja," jawab Dea sambil mengalihkan pandangannya ke samping.
"Besok aku jemput," ucap Kara tiba-tiba.
"Gak usah," tolak Dea cepat sambil melirik Kara.
"Siap-siap jam setengah tujuh aku jemput," tukas Kara sambil keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Dea. Dea keluar lalu berdiri di depan Kara. Mata mereka saling memandang, Kara tersenyum begitu pula dengan Dea. Kara memajukan dirinya untuk lebih dekat dengan Dea, posisi mereka sangat intim, sebab hanya menyisakan jarak beberapa cm saja.
Perlahan Kara mencium pucuk kepala Dea. Dea memejamkan matanya menikmati kecupan yang amat lembut di keningnya sambil menikmati semilir angin malam yang menyejukkan.
Kara melepaskan kecupannya, ia mundur beberapa langkah. "Permisi," pamit Kara yang langsung berjalan masuk menuju mobilnya.
"Hati-hati," jawab Dea sambil melambaikan tangannya.
Dea senang berada dekat dengan Kara. Namun yang selalu Dea pikirkan adalah nasib Kara jika sahabat Kara tahu mengenai kedekatan mereka.
***
Kara mengempaskan tubuhnya ke atas kasur. "Dea! Gak pernah menyangka aku bisa dekat sama kamu," gumam Kara.
Kara terkekeh ketika mengingat kebersamaannya bersama Dea. "Kara! Kamu sudah pulang, Sayang?" tanya seorang wanita yang sudah mulai paruh baya. Bunda Kara datang secara tiba-tiba ke kamar Kara.
![](https://img.wattpad.com/cover/233577417-288-k739162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️terbit] 1. The Girl That Hurt
Novela Juvenil(𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐡𝐨𝐩𝐞𝐞 𝐅𝐢𝐫𝐚𝐳 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩) "Anak pembawa sial!" Tuttttt .... Iya. Aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga. Namun, dulu aku adalah seorang gadis kecil ya...