8-Pembully

1.4K 123 11
                                    

"Sakit sudah biasa, aku sudah kebal. Namun tetap merasa terluka karena aku tetap seorang gadis biasa bukan seorang malaikat."

~Deandra B.~

Dea masih setia terdiam di taman. Ia membolos semua pelajaran, tak ada artinya dia menuntut ilmu tanpa dukungan siapa pun.

Dea menyandarkan punggung rapuhnya di pohon rindang itu. Menikmati semilir angin pagi menjelang siang.

Tetesan air mata mengalir deras di pipi indahnya. Menangis tanpa isakan memang kebiasaan dia. Dea membuka matanya dan melirik arloji di lengan kirinya.

10.15

Jam sudah menunjukan waktu istirahat. Pasti di laci meja Dea ada bekal pemberian orang mysteriuos itu. Namun, Dea enggan mengambilnya sebab ia sedang menenangkan diri menjauhi keramaian. Biarlah perutnya kelaparan namun dia tak mendapat hinaan dari teman-temannya, ralat bukan teman namun orang lain, orang asing.

"Mama masakkan Mama enyak banget," ucap gadis kecil yang baru berumur empat tahun namanya, Dea.

"Iyah dong sayang, pasti enak. Mama kamu gitu lho." Ini papa Dea, Arjas yang selalu memuji sang istri, Risna.

"Ikh! Kalian ini. Tuh, kan pipi Mama jadi panas, hidung Mama nanti terbang," elak Risna yang merasa malu karena dipuji suami dan anaknya.

"Hahahaha." Semuanya tertawa dengan ucapan Risna.

Dea tersenyum getir kala mengingat kepingan kenangan terindah bersama keluarganya.

Kenangan beberapa tahun lalu itu selalu Dea ingat. Dea menginginkan itu kembali, namun keadaan tak mendukungnya dan takdir melarangnya.

Tangisan Dea semakin keras.

"Semuanya sudah lenyap," lirih Dea.

Dea terisak, tak adakah kesempatan untuk Dea merasakan kebahagian bersama keluarganya?

"Dea," panggil Abdil yang sudah berdiri di samping Dea.

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang