5-Bekal Temani Derita

1.9K 137 13
                                    

"Hancur ketika mendengarnya.
Terluka ketika menerima kata-katanya.
Luka, kapan kau akan berhenti datang dalam kehidupanku, tak cukupkah waktu sembilan tahun untuk memberiku beribu rasa luka yang amat dalam?"

Deandra B.

Malam itu Dea habiskan dengan menangis terisak di dalam kamarnya. Hatinya bagai teriris pisau tajam. Ternyata terluka tanpa darah itu lebih menyakitkan dibanding terluka bersimpah darah.

Pagi-pagi sekali Dea berangkat ke sekolah berjalan kaki. Jam 6.00 Dea berangkat menyusuri jalan kota Bandung. Angin sejuk pagi menerpa wajah pucat pasi nan mata sembabnya.

"Papa tega," lirih Dea sambil berjalan di pinggir trotoar.

Pagi ini cukup cerah, namun tidak untuk Dea. Sejak kejadian malam Dea menangis meratapi nasib kelam kehidupannya.

"Aku capek. Aku cape kalo harus kayak gini terus!" ucap Dea sambil menangis.

Dea berhenti di jembatan yang cukup panjang. Menatap ke bawah jembatan yang sangat curam dan dalam.

"Airnya keruh, sekeruh hatiku sekarang!" gumam Dea yang kembali melanjutkan jalan kakinya.

Perjalanan ke sekolah Dea habiskan sambil menangis tanpa isakan.

Satu jam berlalu dea sampai di depan gerbang SMA Buana Bandung. Sekolah tampak ramai yang membuat Dea menundukan kepalanya.

"Dea!" panggil seseorang dari belakang Dea yang membuatnya berhenti berjalan.

"Abdil," ucap Dea sambil melirik ke arah Abdil.

"Kok, tumben siang. Ada apa?" tanya Abdil di hadapan Dea.

Dea hanya menggeleng sambil menundukan kepalanya.

"Dea. Angkat wajah lo!" pinta Abdil. Dea kembali menggeleng.

"Dea ... Please!" pinta Abdil. Dan pada akhirnya Dea mengangkat kepalanya.

Abdil nampak kaget dengan kondisi wajah Dea, mata sembab serta wajah pucat pasinya.

"Lo kenapa, De?" tanya Abdil panik.

"Enggak!" jawab Dea dengan suara tersedak.

"Bohong lo. Lo abis diapain? Sama siapa? Bilang!" cerca Abdil sambil memegang kedua bahu Dea.

Dea kembali meneteskan air matanya, hatinya kembali sakit kala mengingat ucapan Arjas tadi malam padanya.

"De-" Ucapan Abdil terpotong ketika bel masuk berbunyi nyaring.

Kreng kreng.

"Sudah bel. Aku permisi, nanti ketemu lagi istirahat!" ucap Dea yang langsung berlari meninggalkan Abdil yang tengah khawatir dengan keadaannya. "Apa yang sebenarnya terjadi sama hidup lo De," guman Abdil yang berlalu meninggalkan gerbang.

[✔️terbit] 1. The Girl That HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang