"Meninggalkan seseorang karena keterpaksaan memang menyakitkan, entah sahabat ataupun pasangan. Semuanya sama menyakitkan."
~Dea-Kara-Abdil~
~Antara cinta dan sahabat ~
***
Kara mendudukkan Dea di lantai root up. "Kamu kuat, jadi jangan menangis," ujar Kara sambil menghapus air mata Dea. "Sekarang kamu makan, aku udah bawakan bekal buat kamu," sambung Kara sambil membuka kotak bekalnya.
Dea mengangguk lalu memanggil Kara, "Kara."
Kara menoleh pada Dea.
"Aku boleh cerita sama kamu?" tanya Dea yang diangguki Kara.
Kara menyodorkan kotak bekal itu pada Dea, namun Dea malah menggenggam tangan Kara. Dea mulai membuka suaranya kembali. "Selama ini ada orang yang diam-diam selalu ngasih aku bekal," ungkap Dea tersenyum.
Kara terdiam membeku. "La-lu?" tanya Kara terbata-bata.
Dea tersenyum menatap Kara. "Gak pernah telat ngasih. Terkadang aku selalu datang sangat pagi untuk tau siapa dia, tapi gak pernah ketemu. Aku benar-benar gak tau dia siapa! Anehnya setiap bekal yang dia kasih pasti ada pesan singkat disecarik kertas," ungkap Dea sambil terkekeh.
Dea masih setia menggenggam tangan Kara. "Tapi-" ujar Dea menggantung.
"Tapi apa?" tanya Kara cemas.
"Selama tiga hari ini. Selama aku sama kamu, bekal itu gak aku dapatkan lagi," ujar Dea sambil menaik turunkan alisnya membuat wajah serta telinga Kara memerah.
"Ya ... mungkin-" ujar Kara.
"Mungkin apa?" tukas Dea.
"Apa kamu orangnya?" sambung Dea tiba-tiba membuat Kara melepaskan genggaman Dea. "Emm ..." gumam Kara memalingkan wajahnya.
Dea tersenyum jahil saat melihat Kara menahan malu. "Soalnya rasa masakan yang suka kamu bawa sama kayak bekal itu," ujar Dea sambil terkekeh kecil.
Kara terus memegangi telinganya. "Ka-lo iya ... emangnya kenapa?" tanya Kara terbata-bata.
Mata Dea berbinar. "Serius?!" tanya Dea senang dan diangguki Kara. Dea tersenyum lalu memeluk tubuh Kara. Tubuh Kara membeku saat Dea memeluknya dengan erat.
Dea memeluk Kara dengan tulus. "Terima kasih, Kara. Di saat aku gak bisa makan ke kantin kamu rela kasih aku bekal secara diam-diam," ungkap Dea. Perlahan Kara membalas pelukkan hangat Dea. "Aku kira kamu bakal marah," ujar Kara cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️terbit] 1. The Girl That Hurt
Roman pour Adolescents(𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐒𝐡𝐨𝐩𝐞𝐞 𝐅𝐢𝐫𝐚𝐳 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩) "Anak pembawa sial!" Tuttttt .... Iya. Aku adalah anak pembawa sial dalam keluarga. Namun, dulu aku adalah seorang gadis kecil ya...