BAB 1
Jika punya mimpi, kejarlah!.
.Senandung merdu itu terdengar. Seorang gadis cantik nampak sibuk menggosok sabun batang ke kulit indahnya.
Bau harum dari lilin aroma terapi tercium memenuhi seluruh penjuru ruangan. Dari jendela kaca besar di depannya pun, terpampang nyata pemandangan seluruh kota yang terlihat bagai lukisan.
Bathup yang dipenuhi kelopak bunga mawar itu berhasil membuatnya betah berlama-lama di dalam kamar mandi.
Tok ... tok!
Meskipun suara ketukan pintu terdengar, gadis cantik itu berpura-pura tuli, mengabaikan sebisa mungkin.
Tok ... tok!!
Suara ketukan pintu pun terdengar lebih keras, bersamaan dengan suara tubrukan yang lumayan keras.
Sial.
Pada akhirnya, suara ketukan pintu yang sangat tidak sabaran itu, berhasil membuat semua lamunan indahnya runtuh dan hancur berkeping-keping.
Gagal sudah acara mandi kembang bak putri bangsawan kerajaan Inggris.
"Sabar, bentar lagi." Naya, panggilan akrab untuk gadis cantik itu, buru-buru mengambil gayung berbentuk love yang terapung di atas baskom.
Dengan air keran yang masih menyala, Naya menggayung air lalu membasahi dirinya untuk membilas busa sabun yang masih tertinggal.
"Kak Naya, buruan ... ntar gue telat lagi!" teriak sang adik masih terus menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan tidak sabaran.
"Iya iya, bawel banget sih." Naya mempersingkat waktu mandinya.
Baru saja pintu kamar mandi terbuka, Anika--adik Naya langsung menerobos masuk, dan mendorong sang kakak keluar dari ruangan kecil itu.
Naya mendesis tidak terima, dengan cepat ia pun segera membenarkan handuk yang hampir melorot dari tubuhnya. Hampir saja ia bertelanjang bulat jika lengah sedikit.
"Kalian berdua ini. Tiap pagi selalu rebutan kamar mandi, heran." Irma--sang mama-- bersuara dengan tatapan sudah maklum pada dua putri cantiknya.
***
Setelah mandi dan berpakaian Naya membantu Irma menyiapkan meja untuk sarapan pagi mereka yang sederhana.
Nasi dan telur dadar, itu saja. Memamg terlalu sederhana hingga sejujurnya membuat Naya sudah sangat bosan dan merasa hambar.
"Mama, kita kapan ya, bisa kaya?" tanya Naya saat sedang menyeduh tes panas.
Irma melirik ke arah putrinya, sambil membantu Anika si bungsu menyisir rambut.
"Orang kayak kita cuman bisa bersyukur aja, Nak." Irma menjawab sebijak mungkin.
"Padahal kalau kita kaya, Ma. Kita pasti bisa beli semua yang kita mau, kan?" Anika setuju dengan Naya. Siapa sih di dunia ini yang tidak ingin menjadi kaya?
"Makanya kalian berdua sekolah yang rajin dan pintar, gapai cita-cita biar bisa jadi orang yang sukses." Irma menarik kursi dan duduk di sana, menatap dua putri cantiknya bergantian.
Anika pun segera menoleh ke arah Naya. "Kak Naya, bakal lanjut SMA dimana?" tanya Anika polos.
Naya langsung mencubit paha sang Adik, memintanya untuk tutup mulut. Anika mengaduh namun dengan cepat Naya menyumpal mulut sang adik dengan sesendok nasi putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN PERMEN KARET
Teen Fiction(RE-PUBLISH) Ini tentang Naya gadis cantik pemberani dari gang kumuh, yang berjuang mengejar mimpinya di tempat paling indah yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya. Hidup Naya sesaat seperti seorang putri disney yang menang lotre. Penuh keajai...