29. TIDAK SEMPURNA

469 56 24
                                    

Nb : awas typo. Jika, kau melihatnya, boleh ditandai.

 Jika, kau melihatnya, boleh ditandai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Bab 29
Jika, kau terlalu sempurna. Maka, tidak ada celah untuk aku masuk dan menutupi kekuranganmu.

.
.

"Sibuk banget, ngapain?" tanya Anika sinis pada sang kakak. Sudah belasan menit ia merasa terganggu dengan tindakan kakak kandungnya itu.

"Gue cari sesuatu," jawab Naya cepat.

"Cari apa, sih? Bukannya dapat tuh benda, lo malah berantakin kamar!" cerca Anika yang lebih sensitif pada masalah kerapian dan kebersihan. Sebab sang kakak itulah sumber dari segala masalah dari kamar yang mereka tempati berdua.

Jelas, berbanding terbalik dengan Naya yang terkesan asal, urakan, dan terlalu biasa saja. Bisa dibilang, Naya adalah tipe gadis paling apa adanya.

"Hape gue," kata Naya cepat. Ia melirik Anika yang sejak tadi mengomel bukannya membantu.

"Lo punya hape?!" tanya Anika dengan suara tinggi, yang lebih terdengar seperti sebuah teriakan. "Kok bisa? Sejak kapan? Merk apa? Kok gue nggak tahu? Dapat duit dari mana lo?" lanjut Anika beruntun dalam satu tarikan napas.

Naya mendesis tajam pada Anika. Adik satu-satunya itu memang bawel dan merepotkan. "Tanya satu-satu."

"Jangan bilang demi hape ... lo jual diri, Kak?!" tebak Anika asal.

Mata Naya melotot menatap sang adik yang langsung menurunkan pandangan matanya. "Siapa yang ngajarin ngomong kayak gitu? Udah kayak orang yang nggak sekolah aja!"

"Ya, maaf, Kak." Anika nyengir tidak berdosa. Ia pun buru-buru turun dari kasur dan ikut membantu sang kakak mencari benda yang ia sendiri tidak tahu seperti apa ciri-cirinya. "Habisnya, gue nggak nyangka lo punya hape, sejak kapan?"

"Dikasih sama adalah orang, baru-baru aja." Naya bersuara dengan malas. Pertanyaan Anika malah membuatnya teringat sosok dibalik cerita Naya dan sang ponsel.

"Ihhh, baik banget tuh orang. Kok bisa ada orang sebaik dia?" Anika bertepuk tangan heboh, lalu mengacungkan dua jemponya pada Naya.

Naya tertawa hambar. "Baik? Hahaha, saking terlalu baiknya malah jadi psikopat."

"Sok-sokan bilang orang psikopat, kek lo normal aja."

"Nggak mau kalah deh, hebat! Daripada lo ngoceh, mending lo fokus aja bantuin gue, jangan banyak tanya."

Naya mengacak rambutnya frustasi. Ia sama sekali tidak menemukan benda pipih itu. Bahkan, yang parah adalah kenyataan bahwa Naya baru sadar ... ia punya sebuah ponsel pintar.

Mengherankan, karena ia pun baru ingat ketika ingin menggunakan ponselnya. Saat mencari benda itu, Naya menyadari satu hal konyol, yaitu ... ia telah menghilangkan benda tersebut. Entah tidak sadar atau karena ketidaksengajaan.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang