10. CINTA SEGITIGA?

608 102 130
                                    

Bab 10
Cinta segitiga itu sakit!
Makanya, move on.

.
.

Di kediaman keluarga Cullen yang mewah bak istana. Semua orang nampak sibuk terutama orang dewasa yang tengah berbincang masalah bisnis, ekonomi dan saham.

Rata-rata orang dewasa seperti itu. Bagi mereka, waktu adalah uang. Kapan pun dan dimana pun, tiap detik pun bisa menjadi uang.

Hidup hanya soal uang, uang dan uang. Tidak ada uang, tidak ada kebahagiaan.

Vier yang berdandan rapi dan wangi, bangkit dari kursinya. Menyambut tamu yang baru datang. Mereka adalah keluarga Raymond, alias orangtua Arvis.

Dengan sopan, Vier menyalami punggung tangan kedua orangtua Arvis. Diikuti dengan seorang gadis cantik bergaun jingga yang juga bangkit dari kursinya.

"Embun makin cantik aja," puji Natasha--- Ibu Arvis.

"Makasih Tante," ucap Embun sambil tersenyum malu-malu.

"Sudah punya pacar belum, Embun?" tanya Raymond--- Ayah Keenan yang tengah berdiri di samping sang Istri tercinta.

"Belum Om," jawab Embun lemah lembut.

"Kenapa nggak sama Arvis aja?" tanya Raymond, siapa tahu sosok Embun yang berasal dari keluarga kaya raya bisa menjadi menantunya.

"Papa!" Arvis menyela Raymond, sebelum Embun menjawab apapun. Ia menarik kedua orangtuanya, untuk diperkenalkan pada tuan rumah.

Vier menghampiri gadis bergaun jingga itu. Embun terlihat begitu cantik dengan beberapa buah jepit rambut yang menghias rambutnya.

"Keluarga Om Hadraja nggak datang, Vier?" Embun bertanya, sambil terus menerus menatap ke arah pintu.

"Nggak tahu." Vier mengusahakan bibirnya untuk tersenyum. Ia tahu dan menyadari bahwa Embun selalu melihat ke arah Keenan.

Makan malam tiga keluarga itu berlangsung dengan suasana nyaman dan baik.

"Embun setelah lulus ini mau kemana?" tanya Andre--- Ayah Vier pada gadis cantik yang nampak anggun seperti sosok gadis terpelajar.

"Belum tahu, Om."

"Embun ini, kalau ditanya dia selalu jawab begitu." Cahya--- Mama Embun buka suara sambil mengelus pelan rambut sang putri.

"Ma, aku keluar sebentar." Embun bangkit dari kursinya, meninggalkan makanan di piringnya yang belum habis.

"Jangan lama-lama," pesan Cahya pada sang putri.

***

Kepergian Embun yang tidak kunjung kembali, memberikan tanda tanya besar bagi Vier.

Cowok tinggi itu bangkit dari kursinya, meminta ijin pada semua orang untuk menyusul Embun.

Vier tersenyum senang, ia berhasil menemukan Embun di taman samping rumah. Mata Vier menatap ke arah Embun yang sedang duduk di ayunan kayu.

Embun mencoba berulang kali untuk menghubungi Keenan. Karena tidak seperti biasanya, keluarga Keenan tidak muncul di acara penting keluarga Cullen.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang