48. HANYA DIA

482 32 6
                                    

BAB 48
Keinginan terwujud tanpa disadari.

...

Tiga sahabat itu berkumpul di kediaman keluarga Cullen. Vier memang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter tapi ia masih butuh banyak istirahat untuk memulihkan diri dari kecelakaan tersebut.

Di halaman belakang, Keenan, Arvis dan Embun duduk santai menikmati teh sambil berbincang terkait kondisi yang dialami Vier.

"Vier nggak lupa sama gue, kalau sama lo berdua, gimana?" tanya Arvis sambil melipat tangan di dada.

"Dia masih ingat sama gue, tapi ada beberapa moment yang dia nggak ingat misal pas acara ulang tahun gue dan waktu dia lagi berantem sama Keenan." Embun menambahkan. Sejujurnya, ia begitu terkejut saat Zenna memberitahukan bahwa putra semata warangnya itu mengalami trauma pasca kecelakaan yang mengakibatkan Vier harus kehilangan sebagian ingatannya atau lebih tepat lupa ingatan sementara.

"Sama aja kayak kalian berdua. Vier masih ingat sama gue," sambung Keenan.

Embun menatap Keenan. "Tapi, Vier nggak ingat sama sekali soal Naya, kan?" tanya Embun memastikan. Sebelumnya, ia sempat bertanya pada sahabatnya itu perihal gadis kampungan yang akhir-akhir ini selalu berada di dekat Vier.

Namun, Vier tampak tidak tahu sedikitpun tentang Naya. Pria itu telah membuang Naya dari ingatannya.

Keenan mengangguk membenarkan. Vier jelas tidak ingat apapun soal Naya.

Senyum Embun memgambang, gadis itu menghela napas lega. Ia meraih tangan Keenan dan Arvis bersamaan.

"Berhubung Vier nggak ingat apapun soal Naya. Gue harap lo berdua, nggak usah usah bawa-bawa nama gadis itu lagi." Embun angkat bicara, mengutarakan permintaannya.

Semenjak mengenal Naya, ada yang berbeda dengan sababatnya itu. Bisa dibilang, Vier kena sial karenanya. "Apa lo berdua nggak sadar, semenjak Vier dekat sama cewek kampungan itu. Hal-hal aneh terjadi sama Vier, kayak kecelakaan ini contohnya. Gue harap lo berdua paham maksud gue." Embun menambahkan. Ia tidak bisa membiarka Vier terluka lagi.

Embun sudah bertekad bahwa ia akan menjaga dan melindungi Vier. Ia tidak akan melepaskan tangan sahabatnya itu. Gadis cantik itu pikir, mungkin ini saat yang tepat untuk melihat Vier lebih dari seorang sahabat.

Arvis tampak tidak keberatan, ia mengangguk setelah beberapa detik. Apa yang dikatakan Embun masuk akal, lagi pula itu bukan ide yang buruk.

"Gimana Nan, lo bisa, kan?" tanya Embun butuh jawaban. Pria pendiam itu tampak tidak meyakinkan.

"Hm, gue coba sebisa gue."

Embun tersenyum tipis, mereka bertiga telah membuat kesepakatan secara tidak langsung.

"Satu lagi, Ar. Gue minta tolong lo bumkam mulut semua orang di sekolah, jangan sampai mereka mengungkit nama Naya di hadapan Vier. Bisa, kan?" tanya Embun, jika Arvis tidak bisa melakukannya maka Embun yang akan turun tangan secara tidak langsung. Lingkungan sekolah harus mendukungnya, agar Vier benar-benar melupakan gadis itu selamanya.

"Gampang!" Arvis mengangkat jempol. Itu bukan hal yang sulit.

•••

Keesokan harinya di sekolah.

Naya berjalan menuju kelas bersama dengan Kei setelah belajar bersama di perpustakaan.

"Nay!" panggil Keenan, menghentikan langkah ringan kedua gadis itu.

Orang yang dipanggil menoleh lebih dulu, sesaat setelahnya ia menatap Kei sebentar. "Kei lo duluan aja ke kelas, gue mau ngomong sama Keenan dulu."

Kei mengangguk paham, ia sama sekali tidak keberatan. Ia memberi ruang untuk Naya dan Keenan bicara satu sama lain.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang