27. SAD BOY VS GOOD BOY

456 59 23
                                    

🏰🏰🏰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏰🏰🏰

.
.

Bab 27
Terjebak diantara cinta segitiga orang lain. Bukannya, nanti ... malah jadi segi empat?

.
.

"Nih!"

Gadis berambut panjang itu barusaja turun dari motor hitam hitam yang telah membongjengnya. Ia melepaskan helm, lalu menyerahkan benda itu pada embu motor.

Kening Naya berkerut, ketika Vier menyerahkan sebuah tote bag padanya.

"Ini hape, kan?" tanya Naya polos. Sebelumnya, Vier memang menculiknya dari sekolah dan membawa Naya ke salah satu toko ponsel. Ia bahkan menunggu panas-panasan di luar toko, saat Vier masuk untuk membeli ponsel baru.

"Nggak, ini bom." Vier menatap Naya dingin, dengan jokes basi miliknya.

"Bercanda lo," desis Naya sambil geleng-geleng kepala.

"Gue bilang ambil!" desak Vier masih menyodorkan tote bag itu pada Naya.

"Lo kenapa tiba-tiba baik gini sih! Aneh, berasa udah mau kiamat nih dunia."

"Jangan kepedean dulu," ujar Vier, ia menyentil dahi Naya cukup keras hingga membuat pemilik dahi nengaduh kesakitan.

"Terus ... kenapa lo tiba-tiba ngasih gue hape? Dan satu lagi, gue nggak mau menerima barang dari lo!" balas Naya keras kepala. Ia menggantungkan tote bag itu di stang motor Vier.

"GUE BILANG AMBIL!" tegas Vier memaksa.

"Psikopat ya lo." Merasa nyawanya terancam, Naya pun mengalah. Ia meraih kembali tote bag yang sebelumnya ia gantung itu. "Lo pulang sana!"

"Lo pikir gue betah apa? Berlama-lama di pemukinan kumuh orang miskin dan sudah pasti kampungan---"

"Banyak bacot!!" potong Naya cepat.

"Lo perlu ingat satu hal. Kapanpun gue panggil lo, lo harus datang secepat mungkin. Dan, kalau lo tekan nomer satu, lo secara otomatis bakal ngehubungin gue."

Naya mengangguk lelah. Pertama, waktu berharganya terbuang percuma untuk berdebat dengan Vier di sekolah. Kedua, ia harus kembali mendengar mulut lemes cowok angkuh itu. Naya benar-benar eneg.

Sudah tiga setengah jam semenjak bel pulang sekolah dibunyikan, dan Naya tak kunjung sampai rumah. Ia benar-benar lelah dan merasa rindu kasur.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang