Bab 20
Kayak kutub magnet yang berlawanan.
Tapi, tarik-menarik..
."Nan, lo masih ngerokok?"
Menyadari kehadiran seseorang, Keenan buru-buru membuang rokok yang belum habis ia isap ke tanah, lalu menginjaknya hingga padam.
"I know you know ...," jawab Keenan menyandarkan punggungnya pada tembok yang terasa dingin. Membuatnya memejamkan mata sebentar, untuk menikmati udara yang berhembus.
"Your parents again?"
Keenan melirik Embun singkat. Seperti Vier, Embun juga tahu banyak tentang kehidupan kelam dirinya.
Gadis cantik itu berjongkok di samping Keenan, menepuk pundak sahabatnya itu lembut.
"Kalau lo butuh pelukan, bilang ya Nan." Embun bersuara lemah lembut. Ia menatap Keenan lekat, merasakan apa yang dirasakan oleh pria itu juga. "Karena, gue selalu ada buat lo."
Tanpa menjawab apa-apa, Keenan bangkit dari posisi duduknya. Kehadiran Embun, tidak bisa menghiburnya.
Bahkan, bisa dibilang kehadiran gadis itu, malah membuat Keenan merasa lebih menyedihkan tanpa alasan.
"Gue duluan," kata Keenan tenang.
"Barengan," ucap Embun lebih tenang. Ia buru-buru menyusul Keenan, mengaitkan tangannya mesra pada sang sahabat tercinta. "Lo tahu, kalau sejak kecil gue suka gandengan sama lo."
Keenan menatap Embun singkat. Membiarkan gadis itu berjalan di sisinya dengan setia. "Dari kecil sampai sekarang, lo nggak berubah, masih sama."
"Perasaan gue ke lo juga masih sama, kok." Embun berucap fasih dan lugas, senyum di bibirnya mengambang sempurna.
"Nggak, karena lo nggak tahu bahwa perasaan lo itu berubah-ubah." Keenan membalas ucapan Embun dengan apa yang sudah ia amati selama ini. Fakta lapangan.
"Berubah-ubah?" tanya Embun bingung.
"Gue tahu, kalau lo juga suka sama Vier." Keenan menatap Embun begitu tenang dan hangat. Meskipun, beresiko Keenan memberi tahu fakta, yang sebenarnya tidak diketahui oleh Embun sendiri dan juga Vier.
"Sure, but I like him as friend. No more," ucap Embun cepat. Itulah, kebenaran yang Embun rasakan selama ini.
"Buka hati lo, dan cari jawabannya." Keenan melepaskan pegangan Embun pada lengannya. "Gue harap lo bakal ketemu jawabannya."
***
Naya menatap kursi kosong di sebelah tempat duduknya. Lagi-lagi, Kei tidak masuk. Ketidakhadiran Kei membuat Naya merasa sangat sepi.
Karena, sampai hari ini sekolah di Smartly. Ia hanya punya Kei, hanya gadis berkacamata itu yang mau menjadi teman pertama dan satu-satunya sahabat Naya.
Semua orang, menghindari Naya. Alasannya, karena Naya adalah korban bullying di sekolah.
Tidak ada yang mau berteman atau berinteraksi dengan orang-orang di golongan Naya, karena mereka takut terkena imbasnya atau ikut-ikutan dibully.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN PERMEN KARET
Teen Fiction(RE-PUBLISH) Ini tentang Naya gadis cantik pemberani dari gang kumuh, yang berjuang mengejar mimpinya di tempat paling indah yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya. Hidup Naya sesaat seperti seorang putri disney yang menang lotre. Penuh keajai...