Bab 4
Jika berani mencoba sesuatu, kau akan tahu apa jawabannya.
.
.Naya berdiri di depan jendela kamarnya, sambil menyirami tanaman hias yang sudah ia rawat sejak berbulan-bulan lamanya.
Tanaman hias itu tumbuh subur di pot cantik yang ia sulap dari bahan bekas.
Sambil menopang dagu pada kedua tangannya, ia menyanyikan senandung lagu pada bunga-bunganya itu.
Sebab, katanya. Bunga dapat tumbuh lebih cepat apabila dinyanyikan.
"Lihat kebunku penuh dengan bunga~~"
Dalam ketenangan itu. Naya membayangkan dirinya berdiri di tengah-tengah kebun bunga, sambil menari bersama kupu-kupu yang menjadi sahabatnya.
"DOR!" Suara mengagetkan itu membuat Naya tersentak, ketika Anika memasuki kamar mereka berdua.
Naya menyandarkan badannya di jendela. Menatap Anika yang sedang melipat beberapa buah pakaian yang berserakan di lantai.
"Angin nggak bisa masuk, jauh-jauh dari jendela."
Kaki Naya beranjak menuju Anika. Ia pun segera duduk di tepi ranjang, menatap sang adik yang duduk sersila di lantai.
Tidak ada niat sedikitpun bagi Naya untuk membantu Anika melipat pakaian. Iya, karena Naya membenci pekerjaan rumah.
Tangan Naya bergerak mengambil sesuatu dari dalam laci meja. Ia menyodorkan benda yang sangat ringan dan tipis itu pada sang adik.
"Menurut lo gue bisa nggak diterima di sini?" tanya Naya sungguh ingin mendengar jawaban dari bibir jujur Anika.
Anika memandang serius, pada selebaran yang menampilkan profile sebuah sekolah elit. Ia membolak-balik kertas kumal tersebut, lalu memandang ke arah sang kakak.
"Gratis?" Bukannya memberikan jawaban. Anika malah membayangkan dengan cemas, tentang pembayaran sebanyak apa yang akan dikeluarkan. Jika, sang kakak bersikukuh ingin menuntut ilmu di sana.
"Gratis sampai tamat, tapi harus lewat jalur beasiswa."
"Yaudah cobain aja." Anika melanjutkan aktivitasnya melipat pakaian-pakaian tersebut dengan rapi. "Lo gabakal tahu hasilnya, kalau belum mencoba. Coba aja dulu siapa tahu jackpot."
"Iyasih. Tapi, tolong lo rahasikan dari Mama ya." Naya menyodorkan jari kelingkingnya pada Anika.
Tanpa ragu, Anika mengaitkan kelingkingnya juga pada jari Naya.
"Berarti, hutang budi karena lo nolong gue lunas, ya?!" tanya gadis cantik itu menggerakan tangannya dengan lega.
Naya pun langsung merebahkan dirinya dengan nyaman dan tenang, sambil melebarkan kedua tangannya.
"Iya," jawan Naya cepat.
***
Terlihat seorang pria terpaku, berdiri di depan mading sekolah. Dengan kedua tangan melipat di dada, ia membaca papan pengumuman di sana, terkait liburan semester akhir yang ternyata lebih singkat dari liburan sebelumnya.
Sialan, liburan kok singkat banget.
Pria gagah itu menyisir rambutnya yang basah dengan tangan kanan. Masih berdiri di tempat yang sama, pandangannya berpindah pada sosok yang jelas sangat ia kenali.
"Emb ---"
"Keenan!" teriak gadis bernama Embun itu memanggil nama seseorang, dengan berteriak sambil melompat riang gembira, pada cowok bernama Keenan yang bersebrangan dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN PERMEN KARET
Ficção Adolescente(RE-PUBLISH) Ini tentang Naya gadis cantik pemberani dari gang kumuh, yang berjuang mengejar mimpinya di tempat paling indah yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya. Hidup Naya sesaat seperti seorang putri disney yang menang lotre. Penuh keajai...