02. THE DEVILS

932 138 261
                                    

Bab 2
Bahagia di atas derita.

.
.

Kerumunan orang terlihat berkumpul di lapangan. Mengelilingi dua yang yang terjebak di tengah-tengah tempat tersebut.

Sementara dari lantai atas gedung sekolah, dua pasang mata mengawasi bak elang pengintai mangsa.

Sudah lama juga sekolah mereka tidak punya hiburan menarik untuk ditonton. Setidaknya pria tampan yang berada di tengah lapangan itu, ternyata dapat berguna juga, sebagai umpan!

"Kak Keenan, gue suka sama lo, Kak. Mau nggak jadi pacar gue?" tanya seorang gadis pemberani bermental baja dengan suara lantang penuh keyakinan kuat.

Dapat diakui bahwa gadis berponi dora dengan warna rambut kecoklatan itu punya nyali cukup besar untuk mengungkapkan perasaannya, terlebih lagi di tengah lapangan plus disaksikan banyak orang.

Keenan menatap sekitar. Ia tahu betul, bahwa dirinya sedang terjebak di situasi yang sangat tidak menguntungkan untuk dirinya, maupun adik kelas bernama Naura yang malah menyodorkan bucket bunga ke arahnya, dengan pernyataan cinta yang tiba-tiba sekali.

Perlahan namun pasti tangan Keenan bergerak mendekat untuk menggapai bucket bunga yang menakutkan itu.

Tubuh Keenan tiba-tiba saja bergeser beberapa sentimeter dari tempatnya berdiri berkat kehadiran seseorang.

Bunga yang tadinya disodorkan Naura padanya pun, berhasil dirampas paksa oleh gadis cantik bertubuh semampai bernama Embun.

Bucket bunga itupun Embun serahkan asal pada seseorang yang kebetulan berdiri dekatnya.

"Buang bunganya!" perintah Embun penuh penegasan pasti.

Mata Embun pun menyipit ke arah Naura yang juga merupakan adik kelasnya di eskul golf.

"Bisa-bisanya lo nembak cowok. Tapi, lo nggak tahu kalau Keenan itu alergi bunga?!" tanya Embun dengan suara meninggi. Tepatnya sih, ia sedang membentak Naura di hadapan banyak orang.

Keenan menghela napas panjang, ini bukan jalan cerita yang inginkan. Naura pun terlihat kaget dan merasa konyol dengan tindakannya sendiri.

Dari kejauhan pula dua orang pria berjalan mendekat. Kehadiran keduanya membuat beberapa orang menyingkir untuk memberi jalan.

"Lo mau ngebunuh sahabat gue, hah?!" tanya cowok berwajah rupawan itu. Sambil merangkul bahu Keenan dengan nyaman.

"Kak Vier, gue nggak bermaksud ---" Naura berucap gagap dengan suara tertahan. Ia menunduk ketakutan ketika Vier mendekatkan wajah ke arahnya.

"Apa yang hampir lo lakuin itu merupakan percobaan pembunuhan?" Vier bersuara pelan di dekat telinga Naura dengan sangat mengintimidasi.

Tangan Naura menggenggam erat ujung rok yang ia kenakan. Tubuhnya bergetar ketakutan, dengan cepat ia pun berencana untuk kabur.

Namun belum sempat Naura melancarkan aksinya. Cowok bertubuh kekar yang berdiri di samping Vier langsung menghalangi Naura.

Pria itu bernama Arvis, tangan kanan Vier. Naura menundukan kepalanya, menelan ludah pun terasa sulit baginya.

"Vier, Ar sudah cukup!" tegur Keenan merasa terganggu saat matanya bertemu dengan mata Naura yang mulai berkaca-kaca.

"Kita pergi dari sini, lo perlu diobatin!" Embun berkata pada Keenan lalu menarik tangan pria itu keluar dari kerumunan banyak orang.

Vier berpaling sebentar menatap ke arah Keenan dan Embun yang sedang bergandengan tangan. Cukup tahu, saja.

Pandangan Vier pun kembali beralih pada mangsa-nya yang menggemaskan.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang