07. BAD PEOPLE

619 110 157
                                    

Bab 7
Jahat? Belum tentu selalu jahat, siapa tahu jahatnya pilih-pilih.

.
.

Kring... kring...~

Suara bel itu berbunyi diikuti senandung gembira dari pemilik bibir mungil yang sedang mengayuh pedal sepedanya sekuat tenaga.

Tidak sampai sehari. Naya sudah bisa mengendari sepeda bahkan sambil melepas satu tangannya. Hebat, bukan!

Entah Yusuf sebagai guru yang berbakat, atau karena Naya yang begitu pandai. Jawabannya karena kerja keras mereka berdua.

Ia menikmati angin menyejukan pagi hari yang belum bercampur dengan polusi ibu kota. Andai semua orang naik sepeda. Mungkin, akan ada jutaan orang yang menjadi lebih sehat, dan bisa mengurangi polusi udara secara berdampak.

Membayangkan sepedanya bak kereta kencana yang sedang membawa Chinderella ke pesta dansa. Senyum Naya semakin lebar, andai sejak dulu ia punya sepeda. Pasti, otot-otot kakinya akan terbentuk bak seorang binaragawan.

Tit... tit!

Naya dengan cepat menepi. Semenjak kejadian sebulan yang lalu. Naya, jadi agak phobia dengan suara klakson mobil.

Saking gugupnya, ia menepi bersamaan dengan tubuh beserta sepedanya yang jatuh ke trotoar jalan.

"Hei, cewek kamseupay!" kata Lila, kepala gadis itu keluar dari balik jendela mobil sambil terseyum puas.

Melihat mobil itu menjauh, membuat Naya merasa dongkol dalam hati. Ia meraba lututnya yang lecet dan sedikit berdarah.

Mata Naya berkaca-kaca, bukan karena luka tersebut. Melainkan ketika sepeda barunya tergoser hingga membuat sebagian cat putih mengelupas.

"Jadi lecet deh," lirih Naya bangkit lalu mendirikan sepedanya. Ia meraih tas sekolah lalu memasukannya ke dalam keranjang sepeda.

***

Naya memarkirkan sepedanya dengan sangat hati-hati. Ia sama sekali tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang terlihat 'udik' ke arahnya. Hanya karena, Naya berani datang ke sekolah dengan sepeda.

Lagipula apa salahnya? Naya juga memakai sepeda baru, tidak berkerat dan mengotori sekolah.

Sebaliknya ia harus bangga, karena Naya dan sepedanya malah mengurangi polusi udara untuk Ibukota! Harusnya, merekalah yang malu, bukan Naya. Asap motor ataupun mobil mereka sungguh tidak sehat! Polusi! Hujan asam! Pemanasan global!

Dari kejauhan Naya mengenali seseorang, ia pun berjalan tertatih sambil sesekali melompat untuk mengejar Kei, teman barunya.

"Kei!" panggil Naya berdiri di sebelah gadis bermata sipit tersebut.

"Lo kenapa keringetan banget?" Kei bertanya dengan polos, ketika menatap wajah basah Naya.

"Gue ke sini sambil olahraga, naik sepeda." Naya tersenyum ceria, menggandeng Kei tanpa sungkan.

"Oh, gitu." Kei merespon singkat.

Tiba di dalam kelas 10 IPS B. Naya pun bergegas menghampiri meja Lila, meminta penjelasan apa yang sudah dilakukan oleh cewek berbandu pita itu.

"Lila, gue mau tanya kenapa lo ngelakuin itu ke gue?" tanya Naya to the point. Malas basa-basi, apalagi berlama-lama di depan dua monster.

"Karena lo jelek, kampungan, norak! That's all." Lila menjawab cepat, lalu menyemprotkan parfume ke area di sekelilingnya. Menurutnya, kehadiran Naya sangat mengotori udara. Bahkan, membuatnya sulit bernapas.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang