23. JANGAN MENYAPA

500 69 26
                                    

Bab 23
Di titik mana kau berada? Biar akulah garis lurus untuk jadi penghubung kita.

.
.

Jangan lupa vote❤.

.
.

"Kei!"

Suara Naya berhasil membuat seluruh mata yang ada di dalam kelas menatapnya tidak suka. Beruntung, Ivona dan Lila masih belum datang.

"Hai, Nay. Apa kabar?" Kei bertanya dengan wajah pucat, gadis itu terlihat kurus dan lemah. Ia meletakan tas di atas meja lalu duduk di samping Naya.

"Gue baik kok. Tapi, lo kelihatan nggak sehat Kei. Apa masih sakit?" tanya Naya, menatap wajah Kei dengan seksama.

Kei mengukir senyum dengan pandangan lurus ke depan. "Gue baik-baik aja, kok."

Tanpa sadar Naya memeluk Kei, mengelus rambut sebahu gadis itu dengan tenang. "Gue kangen lo, dan kangen Nabila juga."

"Nabila?"

Naya melepaskan pelukannya pada tubuh Kei. "Iya, Nabila. Dia satu-satunya teman gue juga kayak lo, Kei."

Naya nampak terkekeh geli, entah karena lucu atau malah menertawakan kemalangan dirinya sendiri. Ia tidak pernah merasakan yang namanya punya banyak teman.

"Gue bakal senang kalau kenal Nabila," balas Kei cukup terhibur. Secara pribadi, Kei benar-benar tidak pernah punya seorang teman yang ada di sisinya. Berkat, Naya... Kei mulai merasakan hal tersebut. "Nanti jam istirahat, mau ke perpustakaan?

"Nggak! Jangan perpus!" tolak Naya cepat.

"Tumben," potong Kei heran.

"Sekarang gue phobia banget sama perpustakaan. Lain kali aja, ya, Kei."

"Oke-oke. Tapi, kok bisa, sih?" tanya Kei tersenyum lebar lalu tertawa kecil.

"Ada something," jawab Naya sambil menggeleng. Takut memori itu menghantuinya kembali.

Dua sahabat itu terlihat asyik dan gembira, bercerita tentang banyak hal setelah tidak bertemu selama beberapa hari. Hingga, keduanya mendadak diam ketika Ivona dan Lila memasuki kelas.

Seperti biasa, dua gadis paling cantik di satu angkatan kelas sepuluh itu nampak bersinar dan menawan berkat wajah cantik dan juga fashion brand-brand mahal yang mereka kenakan.

"Cantik sih. Tapi, jahat," gerutu Naya pelan.

Mendengar ucapan Naya membuat Kei menahan agar tidak tersenyum ataupun tertawa. Ia hanya memasang wajah datar dan tenang, seolah tidak mendengar apapun.

"Lo juga cantik kok, Naya."

Naya menolehkan kepala, ia mendengar jelas, ucapan jujur yang barusan Kei katakan padanya.

Dengan mata berbinar terang. Ia berharap bisa mendengar kalimat membahagiakan itu sekali lagi.

Kei merangkul tangan Naya hati-hati. Meskipun sangat canggung bagi Kei, tapi ia tetap melakukannya. "Maksud gue, hati lo."

Senyum di bibir Naya sedikit turun. Meskipun apa yang ia harapkan tidak sesuai ekspestasi. Toh, tidak masalah. Bagi Naya, Kei tetap mengatakan hal baik untuknya.

"Makasih, Kei." Senyum Naya terbit kembali. Ia mengelus rambut Kei, persis seperti apa yang ia lakukan dahulu pada Nabila. "Lain kali, puji wajah gue ya."

"Kalau soal itu, tunggu pacar lo aja yang muji, Nay." Kei memperbaiki letak posisi kacamata minus miliknya, yang merosot hingga ke bagian tengah batang hidung.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang