46. SERIUS SUKA

490 42 2
                                    

Bab 46
Hidup terlalu lucu seperti bercandaan, hingga rasa suka itu seperti sebuah omong kosong.

•••

Arvis tersenyum. Menemukan orang yang sudah ia tunggu sejak kemarin. Namun, baru kali ini ia bisa menghadangnya.

"Ikut gue ...." Arvis menarik tangan Kei, ada yang mau ia dengar dari gadis itu.

Apalagi, sejak pertemuan mereka hari itu. Arvis makin menyimpan tanda tanya besar, tentang siapa Kei sebenarnya dan apa cerita dibalik latar belakangnya?

"Kak Arvis, kita mau ke mana?!" tanya Kei, langkahnya tertatih. Kesulitan menyamai langkah panjang pemuda di depannya.

Masuk ke sebuah aula kosong, Arvis melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Kei yang terlihat memerah.

"Lo harus jelasin, apa hubungan lo dan Gibran?!" Arvis menuntut penjelasan Kei.

Rasa curiga karena melihat Kei di kediaman keluarga Gibran.

"Apa yang mau lo dengar dari gue, Kak?"

"Semuanya."

"Lo kenal sama Kak Gibran?"

"Dia Kakak lo?" tanya Arvis baru menyadari hal tersebut. Seingatnya sejak dulu, Gibran tidak pernah mengungkit atau berbicara tentang keluarganya.

Pertanyaan Arvis, membuat Kei mengangguk lemah. Mengakui kebenaran yang tidak mungkin bisa ia tutupi di hadapan Arvis.

"Lo beneran adiknya Gibran?"

Sekali lagi Kei mengangguk.

"Iya, gue, adiknya Kak Gibran."

"Tapi, apa yang gue lihat hari itu. Kenapa lo nyapu halaman, kenapa lo diperlakukan buruk kayak pembantu?"

"Lo pura-pura nggak lihat hal itu, Kak. Gue mohon," pinta Kei berterus terang.

"Kenapa?" Arvis ingin tahu. Sejak melihat Kei, ia sudah merasa ada yang tidak beres dan mengganggunya. "Apa luka-luka di tubuh lo juga berasal dari sana?"

Kei mendongak, pertanyaan itu menyinggungnya.

"Pertanyaan lo kelewatan, Kak. Gue pamit ...."

Langkah Kei terhenti saat pergelangan tangannya diraih Arvis kembali.

"Apa Gibran juga pelakunya?" tanya Arvis khawatir.

•••

Vier menatap sepeda murahan yang terjatuh di tanah, nampak tidak terkunci seperti biasanya. Aneh.

Melihat hal itu, Vier bergerak untuk mendirikan kembali sepeda milik Naya.

Hari ini, mereka berjanji bertemu. Ada yang ingin Vier serahkan pada Naya, namun setelah belasan menitan menunggu gadis itu tidak kunjung tiba.

Sebelumnya di sekolah, Naya sudah sepakat akan datang dan menepati janji. Gadis itu juga nampak ingin tahu perihal barang yang ingin dikembalikan Vier.

"Sepedanya ada, orangnya kenapa nggak ada?" tanya Vier bingung. Sorot matanya terpusat pada ikat rambut pink yang berada di sana.

Vier membuka ponsel, berniat menghubungi Naya. Namun, panggilan tidak dikenal muncul lebih dulu di layar ponsel.

Meski tidak tahu siapa sang penelepon. Tapi, Vier menjawab panggilan tersebut. Menduga-duga saja, jika panggilan itu berasal dari Naya.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang