47. APA RINDU?

397 34 1
                                    

BAB 47
Bencana membawa keberuntungan

•••


Dari kejauhan Naya melihat Vier sedang berdiri didekat sepedanya. Wajah kesal terlukis jelas dalam benaknya.

Namun apa daya, ia sudah berjanji untuk bertemu pria itu untuk menyelesaikan semua urusan mereka. Naya tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan Vier, ia hanya ingin menjadi orang biasa dan bersekolah dengan tenang.

Langkah Naya bergerak menuju Vier yang terlihat fokus menelepon seseorang, tidak lama Vier berlari secepat kilat meninggalkan lokasi pertemuan mereka.

Melihat itu, langkah kaki Naya ikut bergerak cepat menyusul Vier. Bertanya-tanya apa yang membuat pria itu berlari secepat itu.

"Sapi!" panggil Naya, tidak ada sahutan dari pria itu.

Sekali lagi Naya mencoba memanggil namanya, karena Vier berlari sudah cukup jauh di depannya.

"Vier!!" panggil Naya lebih keras.

Benar saja, kali ini Vier mendengar panggilan itu. Kakinya berhenti melangkah, ia menoleh ke arah sumber suara.

Melihat bayangan Naya berdiri sekitar sepuluh meter darinya, wajah cemas itu berubah menjadi senyum cerah. Tidak jadi berlari ke tujuan awalnya.

Vier yang berdiri di seberang jalan berlari kecil menghampiri Naya.

"Vier, awas!" teriak Naya menyadari ada sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi.

Kedua mata Naya tertutup rapat, saat suara tabrakan terdengar, lututnya terasa lemas dan jatuh ke tanah.

Hampir tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat, perlahan namun pasti Naya membuka kelopak mata dan segera berlari menuju tubuh Vier yang tergeletak di aspal jalan.

Melihat Vier tidak sadarkan diri dengan kepala berdarah membuat Naya merasa iba dan sedih, meskipun pria itu mengesalkan tapi bohong jika ia bilang tidak khawatir.

Naya ikut naik ambulan yang membawa Vier menuju rumah sakit terdekat. Dengan kedua tangan bergetar hebat, ia menghubungi Keenan yang sedang bersama Arvis dan memberitahukan apa yang terjadi pada Vier.

•••

Mereka berkumpul di ruang tunggu, orang tua Vier baru dihubungi saat Keenan dan Arvis tiba di rumah sakit.

Tidak lama setelah kedatangan dua pria itu, Embun tiba dengan tangis pecah sambil mempertanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa bisa Vier ada di sana?!" teriak Embun meminta penjelasan pada Keenan dan Arvis. "Jawab gue Nan, Ar!"

Embun mengguncang tubuh Keenan lalu menangis sejadi-jadinya.

Netra Embun beralih pada Naya yang sedang duduk dan menunduk di kursi tunggu. Tidak salah lagi, semua yang terjadi menimpa Vier adalah karena gadis pembawa sial itu.

"Eh, Naya!" panggil Embun emosi.

Naya mendongak, lalu bangkit dari duduknya. Menatap dalam diam wajah basah Embun karena menangis.

Plak!

Satu tamparan dari Embun melayang pada pipi Naya yang memerah. Hal itu mengundang atensi Keenan dan Arvis yang terlihat kaget.

"Apa yang terjadi sama Vier ini salah lo, lo harus tanggung jawab!" tuduh Embun, ia mendorong bahu Naya namun Keenan dengan cepat menahan Naya agat tidak jatuh.

Sementara, Arvis berusaha menenangkan emosi Embun yang sedang tidak stabil.

"Nan, mending lo bawa Naya keluar atau lo antar dia pulang lebih dulu."

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang