18. DIA DIA DIA

514 73 34
                                    

Bab 18
Terimakasih, untuk selalu bersinar

.
.

"Ini," ucap Keenan, pria itu menyodorkan kotak tisu yang ia ambil dari dalam mobil. Matanya memandang ke arah Naya, tidak habis pikir.

"Makasih," sahut Naya, mulai menyapu wajahnya dari krim kue ulang tahun membentuk masker wajah. Kini, yang tertinggal hanya kulit glowing berminyak di wajah gadis itu.

Lagi-lagi, seperti biasanya tingkah Naya berhasil membuat sudut bibir Keenan terangkat menyinggung sebuah senyum tulus yang jarang ia perlihatan.

Keenan tidak habis pikir, bisa-bisanya Naya malah menjilati krim yang menempel di tisu bekas wajahnya.

"Jangan gitu, jorok!" tegurnya. Ia menahan tangan Naya, membuat gadis cantik itu menghentikan aktivitasnya tersebut.

"Sayang, lumayan krimnya enak dan manis."

Keenan mencoba maklum. "Gue antar pulang," katanya berbaik hati.

"Nggak usah, gue bawa sepeda." Naya menolak dengan ramah.

Mata gadis itu membulat, ketika Keenan mengangkat sepeda miliknya, pria itu membuka bagasi mobil dan memasukan sepeda Naya ke dalam sana.

"Yaudah, naik. Gue antar."

"Kenapa harus diangkat sepedanya, padahal kan bisa di dorong aja?!" cerca Naya ke arah Keenan.

Diperjalanan keduanya, tidak ada satupun yang membuka obrolan baik Naya ataupun Keenan. Dua musuh itu saling diam satu sama lain, enggan membuka percakapan.

Lebih baik begitu, karena Naya pun malas mengobrol dengan Keenan.

Begitupun, pria yang duduk di kursi pengemudi, menyetir mobil dengan fokus tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiaannya dari jalan.

Mobil Keenan berhenti di depan gang milik Naya.

"Kak Naya!" panggil seseorang dari kejauhan, sambil membawa satu plastik hitam besar di sebelah tangannya.

Naya menggeleng, menyuruh Anika untuk pergi saja dan mengabaikan dirinya.

"Wah, mobilnya bagus banget!" Anika memekik girang, sambil memutari mobil milik silver milik Keenan. "Yang punya mobil juga ganteng banget." Anika mengedipkan mata centil ke arah empunya mobil.

"Anika!" tegur Naya pada sang adik.

Anika menerjapkan mata, meyakinkan pandangannya. Tidak lana, ia berdecak kagum melihat sang Kakak yang basah kuyup seperti orang kehujanan. "Malam-malam begini, lo berenang di empang mana?"

"Udah yuk, masuk!" Naya menarik tangan Anika menjauhi Keenan.

"Sepeda lo mana?" tanya Anika lebih peka. Ia menyadari bahwa sang Kakak tidak bersama dengan sepedanya.

"Oh, iya ...." Naya bergegas menghampiri Keenan kembali. Meminta sepeda miliknya.

Keenan membuka bagasi mobil, mengeluarkan sepeda Naya dari dalam sana.

"Nih," kata Keenan menatap Naya lekat.

Naya dan Anika pun bergonjengan bersama di sepeda berwarna pink putih itu.

"Kak, gue sudah beli sprite dan ayam kentaki, dan happy birthday ya!" teriak Anika lalu mengencangkan pelukan pada pinggang sang Kakak.

Mata Keenan membulat, ia bisa mendengar jelas teriakan Anika. Masih memandang kepergian dua gadis itu, Keenan tersenyum kecil.

"Kak ganteng, hari ini ulang tahun Kak Naya loh!" teriak Anika dari kejauhan sambil melambaikan tangan penuh semangat pada Keenan.

***

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang