33. PACARAN JALUR MAKSA

486 53 18
                                    

Awas typo, kalau ada tandai.
Sorry bagi yang merasa alurnya terlalu lama.
Dan satu lagi, sorry banget karena updatenya telat. Sebenarnya, aku sibuk banget di real life. Mungkin sampai minggu depan. Hikss :)

.

Bab 33
Apapun yang dipaksa, pasti melenceng dari tujuan awal. Awas, belok jadi cinta beneran.

.
.

Vier duduk di atas tempat tidur, menimang-nimang ponselnya tanpa minat. Dalam ruangan, bergaya modern classis,yang didominasi warna coklat.

Satu benda berhasil mengalihkan perhatian Vier. Matanya menatap lekat pada benda berwarna pink uang masih ia simpan sampai detik ini.

Di atas nakas yang kebetulan berada di samping ranjang. Vier meletakan benda bekas pakai orang lain itu dengan rapi di sebelah lampu tidur.

"Sejak kapan, gue mungut nih sampah?" tanya Vier bingung pada diri sendiri.

Drrttt.

Seolah ada koneksi satu sama lain. Vier langsung mengalihkan pandangan pada ponsel yang bergetar di dalam genggaman tangannya.

Tidak ada kemarau dan tidak ada badai. Yap, pemilik asli dari ikat rambut pink kotor, yang dipungut Vier menelepon.

Dengan cepat, Vier menggeser tombol hijau untuk menghubungkan panggilan satu sama lain.

"Balikin sepeda gue, anjing!!"

Vier buru-buru menjauhkan ponsel dari telinganya, teriakan seorang cewek dari dalam sana terdengar benar-benar bersemangat.

"Woy woy, selow keep santuy."

"Mana sepeda gue?" tanya Naya tidak ingin basa basi.

"Mana gue tahu!" jawan Vier cepat.

"Nggak usah pura-pura tolol. Gue tahu kok, pelakunya pasti lo!" tuduh Naya diikuti beberapa macam umpatan binatang.

"Lo punya bukti? Mana? Sini, gue pengen lihat?" balas Vier tidak mau kalah. Tidak terima dicap maling, tanpa ada bukti atau saksi mata.

"Kalau bukan lo, siapa lagi?"

"Lo kira yang benci sama lo cuman gue? Bukannya, banyak."

"Rese banget sih lo. Balikin aja, lo buat apa juga nyimpan sepeda murah punya gue?"

"Maka dari itu, ngapain juga gue repot-repot ngambil sepeda lo. Sekurang kerjaan itu gue?"

Tuttt.

Panggilan diputus.

Tidak terima, Vier menelepon balik. Namun, ditolak. Ia mencoba berkali-kali menghubungi Naya dan diabaikan begitu saja.

Hingga, setelah sekian banyak percobaan sambungan telepon berhasil terhubung kembali.

"Apa lagi Sapi ...?"

"Lo nggak ada hak, memutus sambungan telepon lebih dulu."

"Gue nggak ada pulsa, bye-"

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang