13. YOU'RE MY REASON

549 95 73
                                    

Bab 13
Ketika kau tertarik! Maka, kau akan mendekat.

.
.

Di dalam ruang UKS. Terbaring seorang gadis cantik yang terlihat perlahan-lahan sadar.

Aroma minyak kayu putih menusuk indra penciumannya, bersamaan dengan kedua kelopak matanya yang terbuka.

Kedua bola matanya bergerak mengamati seluruh ruangan. Ia tahu betul, bahwa ia sedang berada di UKS.

Kei, panggilan akrab gadis itu membalikan badan ke samping. Ia menatap seorang pria bertubuh altetis dengan hidung mancung yang menawan.

Dalam diam, Kei memandangi Arvis. Untuk pertama kalinya, ia melihat seorang cowok tertidur di dekatnya ditambah lagi dalam posisi duduk. Pasti tidak nyaman sekali.

Tubuh Kei bangkit perlahan, berusaha sehati-hati mungkin, agar tidak menimbulkan suara yang bisa membuat si buas Arvis terbangun.

Kelar sudah hidup Kei. Jika, ia berani membangunkan singa yang sedang tertidur.

Tangan Kei bergerak perlahan untuk mengambil kacamata minus miliknya. Sedetik tanpa kacamata, membuat Kei merasa ada yang kurang dari dirinya.

Meskipun, minus mata Kei tidak terlalu tinggi. Bahkan, bisa dibilang sedang-sedang saja, yaitu... sekitar minus -450 untuk mata kiri dan -400 untuk mata kanan.

Tentu saja, Kei masih bisa melihat dengan mata telanjang. Namun, buram dan itu mengganggu untuk Kei. Lebih tepatnya, tidak nyaman.

Tangan Kei tiba-tiba saja ditahan. Kei menoleh ke arah pelaku yang tidak lain dan tidak bukan adalah Arvis.

Pria itu sudah bangun.

Kei meneguk saliva begitu berat, ia buru-buru memasang kacamata ketika Arvis melepaskan tangannya.

"Apa di rumah lo dipukulin?"

Napas Kei seolah berhenti seketika. Ia meremas ujung baju olahraga yang masih ia kenakan sejak tadi pagi.

"Nggak," jawab Kei cepat.

"Beneran, gue lihat di tubuh lo ada banyak luka lebam. Paha lo juga membiru."

"Lo memeriksa tubuh gue, Kak?" tanya Kei terlihat seperti orang kerasukan. Sorot mata dibalik kacamata itu menatap Arvis tajam.

"Kalau mikir gue ngelecehin lo, lo salah! Gue nggak bernafsu sama tubuh lo," ralat Arvis malas. Ia segera bangkit dari posisi duduknya. Meregangkan diri sebentar, kemudian beranjak pergi. "Karena lo udah sadar, gue nggak ada urusan lagi sama lo!"

"Apa yang lo lihat di tubuh gue hari ini? Anggap aja nggak pernah terjadi, Kak."

Arvis berhenti diambang pintu, tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. "Cewek culun kayak lo, ternyata kuat juga buat menanggung semua memar itu. Harus lo pertahankan kebodohan lo, yang nggak mau melapor polisi itu."

"Jangan bicara seolah lo tahu hidup gue, Kak!"

Tidak ada lagi balasan dari Arvis, pria itu benar-benar sudah pergi.

***

Bel berbunyi, tanda pembelajaran hari ini selesai. Semua kelas pun telah dibubarkan.

"Kasihan, yang sepedanya nyangkut di pohon!" ledek Lila, lalu melempar gumpalan kertas ke meja yang ditempati Naya dan Kei.

"Yuk, La. Kita cabut," ajak Ivona lalu menggandeng tangan Lila akrab. Dua gadis tercantik di kelas sepuluh itu keluar dari dalam kelas.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang