PROLOG

2.4K 177 186
                                    

Prolog
Cinta itu punya berbagai varian rasa

***

Pulpen bertinta hitam itu bergerak, memberikan goresan terbaiknya pada kertas putih yang monoton. Seperti halnya... hidup, yang sesungguhnya memerlukan begitu banyak coretan memori waktu.

Membahas tentang kehidupan. Hidup itu sebenarnya berputar seperti roda, ada atas, bawah dan dua sisinya. Semua bagian roda itu memiliki makna.

"Cinta itu bukan hanya tentang happy ending. Melainkan, bagaimana seseorang bisa saling memahami, mengasihi dan melengkapi satu sama lain."

Kalimat penuh makna itu tertulis pada diary kecil yang sedang di pegang seorang gadis cantik berambut sebahu dengan gaun pink selutut dan pita besar di belakang punggungnya.

Meskipun tidak bisa mewujudkan mimpinya menjadi seorang putri disney yang bersanding dengan pangeran di akhir cerita. Tapi, ia berhasil membangun istana dongengnya sendiri dan menjadi satu-satunya putri di sana. Menakjubkan, bukan?

Pupil mata hitam itu memandang birunya langit yang dihiasi pergerakan permen kapas udara. Begitu indah, hingga membuatnya ingin menjadi burung sebentar, agar ia bisa terbang bebas melihat seisi dunia.

"Kadang cinta itupun dapat berubah menjadi, keajaiban, kecemburuan dan ketakutan."

Bibir itu menggoreskan senyum kecil, sambil menggerakan penanya lagi.

"Naya!" panggil seseorang membuat gadis bernama Naya itu menoleh.

"Keenan, ngapain di sini?" tanya Naya pada cowok berkacamata dengan perawakan tubuh tinggi kekar dan kacamata yang bertengger di wajah rupawannya.

"Karena di depan gue, ada lo." Sambil geleng-geleng kepala, Naya tersenyum dengan matanya yang membentuk bulan sabit.

"Gue masih sibuk. Nanti gue nyusul, Nan."

"Oke."

Masih memegang diary kecil di tangannya. Naya yang berada di lantai dua melaimbaikan tangan hangat pada Keenan yang menatapnya dari lantai dasar.

"Keenan, duluan aja." Naya berucap nyaring dan penuh penekanan.

"Iya, bye Putri Naya."

Menatap sebentar pada kepergian Keenan yang berlalu dengan mobil mewahnya. Membuat kenang-kenangan lama Naya berputar  di otaknya. Masih terlukis jelas dalam memori yang gagal ia kubur dalam-dalam itu.

"Aku merindukanmu, pangeranku ...."

Naya menuliskan hal tersebut tanpa sadar dalam diarynya. Detik itu juga ia sadar, bahwa pikiran dan hatinya tidak selaras.

Baru saja ingin mencoret tulisan tersebut. Namun, tangan Naya tergelincir dan malah menjatuhkan buku diary berharganya itu, dari lantai dua hingga mendarat di lantai satu.

"Astaga, Naya ...!" kesal Naya pada dirinya sendiri. Ia pun segera pergi, untuk mengambil bukunya tersebut.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang