39. LEBIH DARI KEJUTAN

520 46 12
                                    

Tidak direvisi, jadi harap maklum jika menemukam segudang typo.

🥰
💝
🥰

Bab 39
Pejamkan mata, entah tertidur atau hanya menikmati suasana?

.
.

Naya melongo. Ia seperti tersambar petir di pagi hari yang cerah. Hembusan napasnya terdengar berat, kedua bola mata Naya berputar malas enggan melihat wajah sosok makhluk gaib di depannya.

Dia lagi, dia lagi.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Naya sinis.

"Menurut lo?" Anehnya, cowok itu malah bertanya balik padanya.

"Minta sumbangan?" Naya menjawab asal. Ia mengambil langkah besar, mengabaikan pemilik tubuh atletis itu.

"Woy! Apa, lo udah lupa siapa gue?" Cowok itu berlari sebentar, lalu berhenti di hadapan Naya.

"Nggak kok, karena lo itu orang paling menyebalkan yang pernah gue tahu!"

"Buruan naik mobil gue, kita berangkat sekolah bareng."

Naya mengorek kupingnya. Menyakinkan pendengarannya. "Males banget!" Sudah cukup Naya jadi sorotan selama tangannya cedera.

Sekarang ia sudah baik-baik saja. Maka, tidak ada alasan untuknya terlibat lebih jauh dengan Wworld3. Terutama, Vier, cowok yang sedang menatapnya saat ini.

Naya melirik ke belakang, sebuah mobil mahal milik cowok itu terparkir di gang pinggir jalan dari gang kumuh yang ia tempati. Sungguh, pemandangan yang menunjukan perbedaan kasta.

Tolakan Naya atas ajakan Vier untuk berangkat bareng. Malah membuat Naya, terjebak di dalam angkot yang sempit bersama dengan Vier.

"Sumpek banget sih baunya!" gumam Vier cukup keras.

Tatapan Ibu-ibu yang berada di angkot yang sama dengan Naya, langsung tertuju pada dua orang remaja berbaju sekolah Smartly yang mewah.

Naya buru-buru membungkam mulut Vier dengan tangannya.

"Shhht," bisik Naya dengan mata melotot penuh ancaman pada Vier.

Vier mengangguk, lalu menarik tangan Naya menjauh agar ia bisa bernapas dengan normal. Bukannya apa-apa, tapi tangan yang seharusnya membekam area mulut saja, malah ikut menekan hidung mancungnya. Tentu saja, hal itu membuat Vier kesulitan bernapas.

Mata Naya membulat sempurna, ketika Vier tiba-tiba menyandarkan kepalanya pada bahu Naya tanpa rasa bersalah.

"Kepala lo berat tau," kesal Naya, mencoba menjauhkan kepala Vier darinya.

Tapi, nyatanya tidak semudah itu. Vier malah menahan tangan Naya lalu menggenggamnya.

"Kepala gue pusing, angkotnya bau---"

Dengan secepat kilat, satu-satunya tangan Naya yang bebas bergerak langsung menutupi mulut Vier.

"Yaudah oke-oke, lo tidur aja! Sekalian, nggak usah bangun-bangun lagi."

***

Keenan memperhatikan sekitar. Sementara, Arvis terlihat berlatih basket seorang diri di dalam gedung olahraga sekolah.

Dari kejauhan, seorang gadis berlari menuju Arvis. Keenan yang duduk di barisan kursi penonton seketika berdiri.

"Ar, Vier mana?" tanya Embun terburu-buru.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang