SANAZ - 33

1.7K 93 3
                                    

Memang jika kita mengisi hari-hari dengan hal yang bermanfaat dan memiliki kesibukan, maka dalam satu Minggu pun terasa satu hari. Waktu berputar seakan-akan lebih cepat dari biasanya. Seperti Sania contohnya, Sania menghabiskan sisa waktu liburannya dengan belajar, belajar dan terus belajar. Beberapa hari terakhir juga lebih banyak perdebatan yang terjadi antara Sania dan Azril. Karena apapun itu, pasti ada hal yang akan diperdebatkan. Entah Sania yang pulang sangat malam ataupun Sania yang tidak mengatur pola makannya karena terlalu fokus belajar. Harusnya tidak seperti itu, seharusnya Sania menjaga kesehatan dan menjaga pola makan supaya di hari olimpiade nanti tidak sakit. Itu juga bisa menjadi bahan perdebatan, tapi saat Azril marah karena Sania pulang malam atau telat makan, Azril tetap memberikan perhatiannya kepada Sania, jika Sania masih menunda-nunda acara makannya maka Azril dengan ikhlas sepenuh hati supaya Sania makan.

Azril takut Sania sakit, bukan karena jika Sania sakit akan merepotkannya. Tapi, Azril paling tidak suka melihat orang yang dia sayang itu sakit.

Sekarang sudah hari Senin lagi, dimana siswa siswi harus kembali bersekolah untuk menimba ilmu yang akan berguna di masa sekarang ataupun di masa depan setelah libur semester selama dua minggu. Banyak orang yang mengeluh karena belum puas berlibur bersama keluarganya ataupun temannya. Berbeda dengan Sania, gadis itu sangat bersemangat bersekolah di hari pertama dan tidak sabar untuk belajar, mungkin karena kebanyakan belajar dan dia jadi terbiasa.

Wildan terus menuntutnya untuk memahami semua materi yang diprediksi akan muncul dalam soal olimpiade. Awalnya, Sania banyak mengeluh, cape lah, pusing lah, tapi lama kelamaan dia jadi enjoy. Saat belajar bersama Wildan, Sania sama sekali tidak boleh memainkan handphone atau apapun yang akan mengganggu fokus belajarnya. Untungnya ada Azril yang menyemangati Sania, meskipun sudah dibilang tadi, banyak sekali perdebatan yang terjadi diantara mereka. Pernah waktu itu Azril dan Wildan hampir bertengkar karena Sania pulang dari rumah Wildan dengan kondisi wajahnya penuh air mata, Sania sudah pusing tapi Wildan selalu menuntut Sania untuk menjadi yang sempurna. Itupun Sania menangis saat di perjalanan pulang, karena Sania tidak memiliki nyali untuk menangis dihadapan Wildan. Benar apa yang dikatakan teman-temannya, Wildan memang otoriter dan sangat disiplin.

Selain Sania, Azril juga suka mengeluh lelah saat mengajari Ghea untuk olimpiade nanti. Orang yang selalu santai tapi sekarang disuruh menjadi tutor pasti seperti itu, Azril juga sama dituntut untuk membuat Ghea benar-benar paham dan meraih juara nanti. Setiap hari, Azril selalu menghitung waktu, dan sekarang tinggal satu minggu lagi Azril menjadi tutor Ghea. Hal itu awalnya membuat Azril senang, tapi setelah dipikir-pikir kembali, Sania juga sama sibuknya apalagi jika sudah dekat ke tanggal olimpiade dilaksanakan. Azril sudah membayangkan dari sekarang, niatnya mau manja-manja kepada sang istri, tapi istri kecilnya itu malah bermanja-manja dengan buku-buku tebal.

Azril menghela nafas mengingat hal itu, saat ini Azril sedang menyetir menuju ke sekolah dengan Sania disampingnya yang sedang menunduk membaca buku, sesekali Sania menutup matanya untuk menghafalkan rumus. Azril juga pernah mengajari Sania karena gadis itu memaksanya untuk menjadi tutor sementara disaat Wildan ada kepentingan mendadak bersama keluarganya. Akhirnya, Ghea diajari oleh Rafa dan Sania oleh Azril. Ghea juga sama pernah menangis diam-diam karena lelah dengan hal yang menyangkut dengan olimpiade. Hanya Sania yang tau tentang hal itu, karena mereka menangis bersama-sama sambil video call saat Azril dan Rafa sedang nongkrong.

"San, udah sampai." Interupsi Azril saat sudah memarkirkan mobilnya dengan rapi.

Sania mengangkat kepalanya,"Nanti gue langsung ke kafe tempat biasa gue belajar, kalo lo mau pulang duluan gapapa." Ujar Sania sambil membuka seat-beltnya.

"Lo pulang dulu San, mandi dulu makan dulu dirumah abis itu baru kesana." Azril mencekal tangan karena gadis itu sudah beranjak ingin keluar dari mobil,"Ghea juga gitu, gue suruh pulang dulu."

SANAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang