"Jadi gi-"
Sania tidak melanjutkan ucapannya karena Azril mencium bibir Sania. Tangan Azril menekan tengkuk Sania untuk memperdalam ciumannya sedangkan Sania melingkarkan tangannya ke pinggang Azril dan meremas seragam yang masih dipakai oleh Azril sehingga terlihat kusut. Sebelum melepaskan bibir Sania, Azril menggigit kecil bibir merah itu dengan gemas.
"Bibir lo menggoda banget." Ujar Azril setelah melepaskan bibirnya dari bibir Sania.
Azril kembali memajukan wajahnya berniat mencium Sania lagi, tapi tangan Sania menahan pergerakan Azril.
"Udah dulu."
Azril menarik turunkan alisnya sambil cengar-cengir, "Berarti nanti boleh ya?" Laki-laki memindahkan tangannya menjadi merangkul Sania.
"Gue mau-"
Drrt drrt
Ponsel Azril yang tergeletak diatas meja bergetar menandakan ada panggilan masuk membuat Sania menghentikan ucapannya, setelah dilihat ternyata itu dari papa Azril.
Dengan cepat, Azril menggeser tombol hijau yang berarti mengangkat telepon dari papanya, "Assalamualaikum, ada apa pa?"
"Kamu ke kantor sekarang, secepatnya. Papa tunggu!"
"Emangnya ada apa pa?"
"Perusahaan lagi ada masalah, kamu bantu papa. Cepat datang ke perusahaan, jangan banyak tanya!" Papa Azril meninggikan suaranya, di seberang sana Yuda memijat pelipisnya karena merasa pusing. Ia berdoa dalam hati, semoga anaknya itu bisa diandalkan.
"Oke, Azril kesana sekarang." Azril memutuskan sambungan telepon lalu berdiri berniat untuk pergi.
"Ada apa?"
"Gue pergi dulu, perusahaan lagi ada masalah."
"Niatnya, gue mau nyelesai-in masalah yang ada diantara kita. Tapi kalo keadaannya genting, yaudah pergi aja. Nanti kesini lagi kalo udah beres."
"Papa kaya lagi marah tadi, gatau ada masalah apa." Azril meminum jus jeruknya yang masih tersisa sedikit.
"Tapi Zril, lo jangan balik ke apartemen, langsung kesini, gue mau ngomong biar masalah kita cepet selesai."
"Gue pamit." Azril mengusap kepala Sania lalu mengecupnya sebentar. Setelah itu, Azril berjalan keluar dengan langkah lebarnya. Memasuki mobil dan langsung menancap gas supaya cepat sampai di kantor.
•••
Sudah dua hari Azril tidak ada kabar, bahkan disekolah pun Sania tidak melihat batang hidung Azril sama sekali. Sania sudah menanyakan keberadaan Azril kepada sahabat laki-laki itu tapi mereka juga sama, tidak tahu akan keberadaan Azril.
Saat ditelepon, hanya ada suara operator yang mengatakan bahwa panggilan dialihkan, atau sedang sibuk. Kadang, jika tersambung malah di riject oleh laki-laki itu. Sania khawatir Azril sakit, atau kenapa-napa. Juga penasaran ada masalah apa di perusahaan mertuanya sehingga membuat Azril tidak sempat pergi ke sekolah, bahkan tidak sempat mengangkat telepon.
Karena khawatir dengan Azril, Sania akan pergi ke kantor mertuanya siang nanti. Siapa tahu Azril ada disana. Sania hanya ingin melihat apakah kondisi Azril baik-baik saja atau tidak.
Sekarang jam istirahat sedang berlangsung, Sania kembali mencoba menghubungi Azril. Tapi masih sama yang terdengar di telinga Sania, jawaban dari operator yang mengatakan bahwa nomor sedang sibuk dan cobalah beberapa saat lagi. Sania jadi tidak selera makan.
"Gue ke kelas duluan ya." Ujarnya lesu, berpamitan kepada semua yang ada di meja yang tadi ditempatinya. Disana lengkap seperti biasa, ada Zio juga, hanya tidak ada Azril. Sania langsung pergi tanpa menunggu persetujuan mereka. Suasana hatinya sedang tidak baik, dan mereka mengerti akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...