SANAZ - 16

3.2K 123 1
                                    

Seperti apa yang dikatakan pasangan itu kemarin malam bahwa mereka akan menginap dirumah Arina. Kini Azril dan Sania sedang dalam perjalanan menuju ke rumah tempat Azril dulu tinggal. Rumah yang menyimpan banyak kenangan, rumah yang menjadi saksi pertumbuhan Azril dari berojol sampai bisa segede sekarang.Waktu tidak terasa, takdir memang mempermainkan kita juga tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi. Seperti pernikahan mereka, tidak pernah ada dalam pikiran Azril dan Sania untuk menikah muda. Tapi yasudahlah, itu juga menguntungkan bagi Azril.

Azril dan Sania sudah memasuki area komplek dimana rumah Arina berada, sebuah perumahan elite yang sebagian rumahnya berpagar tinggi. Azril membunyikan klakson mobilnya kala melewati pos satpam, sebagai tanda sapaan. Pak Satpam yang sedang meminum kopi sampai terlonjak kaget karena bunyi klakson yang terdengar secara tiba-tiba. Pak Usep, itulah nama satpam yang bertugas menjaga keamanan perumahan elite ini menganggukkan kepalanya karena sudah mengenal baik Azril, pertama kali Pak Satpam yang bernama Usep itu kenal Azril waktu lelaki tengil itu nebeng tidur di pos satpam karena sang Mama tidak membukakannya pintu. Salah dirinya sendiri karena pulang terlalu larut malam dan Arina sudah jengah akan sikap anak sulungnya, memberi pelajaran sekali-kali kepada Azril tidak masalah untuknya.

"Pokoknya lo gak boleh maen terus sama Rafka, inget masih ada suami lo nanti." peringatan Azril kepada Sania, entah sudah berapa kali Azril mengatakan itu. Sampai-sampai Sania bosan mendengarnya dan hafal akan apa yang laki-laki itu katakan sepanjang hari ini.

"Lo ngomong itu udah berapa kali anjir. Gue pusing dengernya!" jawab Sania kesal kepada Azril.

Azril terus saja berbicara seperti itu, padahal kan sekali saja cukup karena Sania tidak amnesia sampai melupakan apa yang dikatakannya.

Azril menyentil bibir Sania dengan sebelah tangannya karena tangan yang satunya lagi dipakai untuk menyetir.

"Jangan ngomong kasar!" tegur Azril.

"Yaelah gitu doang Zril." Sania memutar bola matanya.

"Gak boleh!" ucap Azril tegas menandakan ia tidak ingin dibantah, tatapannya serius menatap manik indah Sania.

"Lo juga sering ngomong kasar kalo maen game." balas Sania mengingat kelakuan suaminya yang diluar nalar, seperti apa yang dikatakan Malik waktu pernikahan mereka.

Jika Azril sedang gabut, maka Sania akan pusing karena kelakuan suaminya yang memiliki wajah tampan itu. Contohnya jika Sania sedang belajar dan Azril merasa gabut karena tidak ada yang mengajaknya mengobrol maka Sania tidak akan bisa fokus belajar karena lelaki itu akan bermain game bersama sahabat gesreknya, berteriak tidak jelas seperti orang kesetanan. Mengumpat entah kepada siapa.

"Hehehe." Azril menampilkan cengiran bodohnya, seperti orang idiot.

"Lo jangan bolos mulu ya Zril." suara Sania terdengar sangat indah di indra pendengaran Azril, karena gadis itu berucap sangat lembut. Selembut kain sutra.

"Gimana ya? Bolos itu udah mendarah daging sama hidup gue, kalo gak bolos rasanya kek ada yang kurang." jawab Azril cengengesan.

"Gimana kalo gak lulus?" tanya Sania, tatapannya mulai menajam menusuk indra penglihatan Azril.

"Ya pasti lulus lah, sekolah punya emak bapak gue." Sahut Azril songong.

"Songong lo ya!" Sania menjambak rambut Azril dengan gemas, setelah itu mencubit pipi Azril tanpa perasaan sampai membuat kulitnya sedikit memerah. Belum puas, Sania juga memindahkan cubitannya ke perut Azril namun laki-laki itu memanfaatkan kesempatannya membawa Sania ke dekapannya membuat Sania tidak bisa bergerak bebas.

Wajah Sania berada di paha Azril, terasa geli karena hembusan nafas gadis itu namun Azril tahan karena sebentar lagi juga sampai.

"Nah kalo gini kan diem, gue gak jadi korban penganiayaan." kata Azril, lega. Kepala, pipi dan perutnya masih terasa perih. Apakah Sania titisan kalajengking sampai rasa perih akibat cubitannya itu terasa awet ditubuhnya?

SANAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang