Kedelapan remaja itu menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam untuk sampai di kota Bogor, mereka tiba pukul setengah enam pagi. Destinasi wisata pertama yang mereka pilih adalah kebun teh. Mereka ingin ikut memetik teh dan ingin merasakan udara pagi yang segar, tidak seperti di Jakarta yang banyak polusi.
Kawasan Puncak Bogor telah lama menjadi tempat pelarian bagi warga Ibukota. Puncak masuk kedalam wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Puncak adalah nama populer untuk daerah sekitar Gunung Gede-Pangrango. Daerah ini memiliki udara segar, pemandangan gunung nan indah dan iklim yang lebih dingin.
Suasana yang indah nan asri membuat siapa saja yang ada disana ingin berlama lama karena melihat indahnya pemandangan dan hijaunya hamparan kebun teh yang memanjakan mata.
Tidak hanya pemandangan indah dan udara sejuk, puncak memiliki beberapa daya tarik wisata bagi keluarga yang layak dikunjungi. Pada malam hari kita bisa merasakan dinginnya hawa puncak sambil menikmati jagung bakar, mie rebus dan bandrek susu hangat.
Tepat pukul enam pagi, para petani di perkebunan teh berangkat ke kebun. Alat tani dan bekal tak lupa mereka bawa.
Setelah istirahat beberapa menit untuk sarapan dan sekedar meregangkan otot-otot yang ada ditubuhnya, kedelapan remaja itu menuju ke kebun dengan langkah yang penuh semangat.
Sesampainya di kebun dan memakai perlengkapan yang harus digunakan yang didapat dari para petani yang memetik teh hanya anak perempuan saja sedangkan para pemuda itu duduk santai di saung yang ada disana sambil melihat pujaan hati mereka yang terlihat sangat senang. Kecuali Malik.
Mereka mulai memetik teh menggunakan gunting petik. Itu adalah gunting rumput yang bagian atasnya ditempeli kotak kecil, kotak itu berfungsi untuk menampung daun teh supaya tidak jatuh. Selain gunting petik, mereka juga membawa ambul di punggungnya. Ambul merupakan keranjang anyaman yang digunakan untuk menaruh daun teh. Alat ini terbuat dari bambu, tapi ada juga yang terbuat dari plastik. Satu buah ambul bisa menampung 10 kilogram daun teh, tapi sesuai instruksi para petani, mereka hanya harus menaruh 8 – 9 kilogram daun teh. Hal itu bertujuan untuk menjaga daun teh supaya tidak rusak.
Saat memetik teh, mereka harus menggunakan sarung tangan supaya tangan mereka terlindungi. Selain itu, mereka juga mengenakan topi anyaman supaya terlindung dari hujan dan panas.
"Enak banget ya suasananya." ujar Zaid membuka pembicaraan.
"Dingin anjir." Sahut Malik dengan mengusap-usap tangannya sesekali ia meniupnya.
"Enak nih disini, kalo di Jakarta kan panas." Ujar Rafa.
"Lo diem mulu deh Zril, kenapa sih?" tanya Malik.
"Bentar, gue masih cape. Tangan gue pegel nih gara-gara lo gak gantiin gue nyetir tadi malah enak-enakan tidur." ketus Azril kepada Malik.
"Yaaa kasian lo, untung gue gantian tadi sama si kutu kupret." Ucap Rafa matanya melirik kearah Zaid.
Zaid menatap sinis Rafa, tapi Rafa malah menertawakan Zaid, "Lo gak pantes natap orang kek gitu, mereka gak bakalan takut tapi malah ketawa." Rafa tertawa terbahak-bahak.
"Masih mending gue baik, kalo engga gue bakalan tidur terus kek si Malik." Cibir Zaid.
"Lo bisa nyanyi Sunda ga Mal?" Tanya Rafa.
"Gak lah." Sahut Malik agak ketus.
"Kirain bisa, soalnya Malik Ibrahim juga bisa kan namanya sama-sama Malik." Ujar Rafa.
"Ya terus menurut lo, semua yang namanya Malik itu harus bisa nyanyi Sunda gitu?" tanya Malik ketus.
"Santai bro santai. Lo kenapa sih sensi banget?" Tanya Ziad.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...