"Eh keluar yuk guys bosen nih gue." Ajak Eca kepada teman-temannya yang sedang menonton drama Korea.
Kecuali Sania, gadis itu malah menyibukkan dirinya dengan ponsel yang ada di tangannya.
"Keluar kemana?" Tanya Ghea.
"Kafe yuk sekalian makan siang, nanti kita balik lagi kesini. Sampe sore deh main disini puas-puasin dulu." Jawab Eca.
"Yaudah yuk, abis makan siang kita jajan ya buat nanti disini."
"Beli seblak yu guys gue pengen banget seblak." Ajak Sania karena ia sangat ingin seblak sedari tadi.
Seketika mata Hafi berbinar, "Iya gue juga pengen seblak, terus beli makanan yang lain deh buat stok sampe sore."
Setelah itu mereka berangkat menggunakan mobil Ghea dan Ghea juga yang menjadi sopirnya, apa sih yang engga buat temen katanya.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan setelah memperdebatkan kafe mana yang akan mereka kunjungi akhirnya mereka menemukan kafe yang menurut mereka pas.
"Kenapa ga ngasih tau dari tadi sih Fi kalo ada kafe sebagus ini, gue kan gak perlu ribet debat ama si Ghea buang buang tenaga tau gak?" Dumel Eca sambil mendelikkan matanya kepada Hafi karena merasa kesal, sedari tadi ia dan Ghea berdebat memilih kafe yang bagus.
Sedangkan Sania hanya menyimak karena ia belum terlalu tahu daerah Jakarta meskipun sudah agak lama ia disini dan setelah pusing mendengarkan perdebatan antara Ghea dan Eca, Hafi memberitahu kafe yang bagus.
Hafi tertawa mengejek, "Sengaja gue, biar di mobil gak sepi ya kan San?" Tanyanya.
Sania yang sedang mengedarkan pandangan melihat-lihat sekitaran kafe seketika mengalihkan pandangannya kearah Hafi lalu menganggukkan kepalanya, "Biar gak garing ya Fi."
"Iya, yaudah yuk masuk guys." Hafi menarik tangan sahabat-sahabatnya itu untuk masuk ke dalam kafe.
Saat pertama kali masuk mereka merasa kagum akan desain kafe yang menurut mereka sangat aesthetic lalu mereka juga mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang kosong, pasalnya kafe ini lumayan penuh. Maklum lah hari Minggu, kebanyakan yang nongkrong bareng doi.
"Eh itu kan Kak Azril sama antek-anteknya." Ujar Ghea sambil memicingkan kepalanya dan menunjuk kearah meja Azril.
"Iya sih keliatannya." Eca juga ikut memicingkan matanya.
"Kak Rafa!" Panggil Ghea dengan sedikit menaikkan suaranya membuat beberapa orang yang ada disana melirik kearahnya.
Sedangkan yang lainnya menahan malu karena temannya yang satu itu berteriak di tempat umum, mana rame lagi. Rafa mendongakkan kepalanya lalu melambaikan tangannya menandakan mereka untuk bergabung dengannya.
Setelah itu mereka berempat menuju ke meja itu, ditengah perjalanan karena memang meja nya berada di pojok belakang. Sania, Eca dan Hafi berpandangan merasa ada yang janggal.
"Perasaan si Ghea tadi nunjukkin Kak Azril ya, kok malah Kak Rafa yang dipanggil." Sania yang pertama mengutarakan isi pikirannya dengan berbisik, sedangkan yang digosipkan sudah berjalan duluan di depan tapi mereka berjalan dengan gerakan yang seperti slow motion.
"Iya gue juga aneh, jangan-jangan mereka ada apa apa." Sahut Eca.
"Kayanya dia lagi deket deh sama Kak Rafa, masih inget gak tadi pas dirumah Sania yang lagi ngomongin perjodohan dia bilang kan 'yang penting bukan Kak Rafa'." Kata Hafi.
"Iya gue juga ngerasa gitu, tapi gapapa lah nanti kita tanyain aja gak baik kan ngomongin sahabat di belakang?" Tanya Eca menengahi.
"Iya iya ayo." Lalu mereka mempercepat langkahnya menuju meja itu, sedangkan Ghea sudah anteng duduk di samping Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...