SANAZ - 47

1.8K 124 5
                                    

Sania sudah berada di pengadilan bersama ayah dan bundanya. Tinggal menunggu Azril yang tidak kunjung datang. Lama sekali, padahal sidang akan dimulai sebentar lagi.

Sania masuk ke ruang persidangan dan duduk di kursinya. Akhirnya Azril datang.

"Pak, saya ingin mencabut gugatan cerai saya." ujar Azril dengan satu tarikan nafas.

Arina, Farida dan Yuda lantas mengucap syukur kepada Allah karena Azril merubah keputusannya, hati mereka tenang karena anak-anaknya tidak jadi berpisah.

Tapi Azmi, "Apa maksud kamu? Kamu ingin mempermainkan perasaan anak saya? Setelah disakiti perasaannya dan sekarang dengan seenak jidat kamu mencabut gugatan cerainya? Kemarin kemana saja? Disaat anak saya terpuruk kamu bahkan tidak melirik anak saya sama sekali."

"Maaf ayah, Azril salah. Azril sadar apa yang dilakukan Azril itu salah, Azril minta maaf buat semuanya. Azril gak maksud buat mempermainkan Sania."

"Makanya jangan suka mutusin sesuatu pas lagi emosi!" sentak Yuda.

"Bagaimana pihak tergugat, apakah menyetujui permintaan penggugat?" tanya hakim kepada Sania.

Sania menganggukkan kepalanya, "Ya."

"Kamu setuju San? Dia udah buat kamu nangis tiap malem loh." tanya Azmi.

"Izinin aku buat perbaiki semuanya yah, aku pengen nebus kesalahan aku selama ini." jawab Sania.

"Berarti persidangan ini dibatalkan karena penggugat telah mencabut gugatannya dan pihak tergugat menyetujui permintaan penggugat."

Azril menggenggam tangan Sania, "Ayo, San. Pulang!" ajaknya.

Tapi Azmi dengan cepat mencekal tangan Sania dan menahan supaya putrinya tidak dibawa oleh Azril.

"Enak aja kamu pengen bawa Sania pergi." ujarnya sambil menahan tangan Sania.

"Kan Azril udah cabut gugatannya yah, jadi sekarang izinin Azril sama Sania buat perbaiki semuanya. Azril janji gak bakal nyakitin Sania, gak bakal nyiksa Sania. Buat apa coba?"

Yuda menepuk pundak Azmi, "Biarin mereka pulang kerumah mereka."

"Gak bisa! Sania, pulang sama ayah dan kerumah ayah. Dia putri ayah!" ucapnya tegas.

"Ayah kok gitu? Kan Sania udah jadi istri Azril."

"Ayah gak suka ada yang mempermainkan perasaan putri ayah satu-satunya." Azmi menunjuk Azril, "Kamu udah bikin putri saya selalu nangis di malam hari."

"Maka dari itu, Azril mau bikin Sania bahagia dan gak bakal mutusin sesuatu dengan gegabah."

"Dengan mudahnya kamu ngomong gitu?" tanya Azmi lalu menarik Sania supaya mengikutinya.

Semuanya mengikuti langkah Azmi yang membawa Sania pulang.

"Ayah-" Baru saja Sania ingin berbicara, sudah dipotong oleh Azmi.

"Pulang, jangan ngebantah." Sania diam.

"Ayah!" panggil Farida, "Tunggu dulu, maen pergi aja."

"Apalagi sih Bun? Ayo pulang, kita udah gak ada urusan lagi disini." ujar Azmi.

"Ayah, kasih Sania ke Azril. Dia udah milik Azril loh, jadi biarkan kami pulang ke rumah kami yang merupakan hadiah pernikahan dari kalian."

"Sania tetap jadi putri ayah! Ayah gak suka kalo ada yang mempermainkan perasaan putri ayah. Kamu bakal ngerasain kalo kamu udah punya anak, perempuan satu-satunya terus punya suami, suaminya menggugat cerai dia, dia nangis tiap malem, dia pura-pura bahagia didepan keluarganya, dia pura-pura kuat padahal rapuh, lalu pas sidang pertama gugatannya dicabut."

SANAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang