Kondisi Sania sudah cukup pulih sehingga sore tadi diizinkan dokternya untuk pulang. Akhirnya Sania bisa menghirup udara segar, bukan bau obat-obatan dan bau khas rumah sakit.
"Besok sekolah ya?" tanya Sania dengan wajah memelas, berharap Azril mengizinkannya pergi ke sekolah.
"Istirahat dulu satu hari, baru juga keluar udah mau nyari gara-gara lagi. Nanti kecapean, masuk rumah sakit lagi."
"Iya iya gak sekolah, masih lemes gue nya."
"Yaudah, kenapa tadi nanya gitu?"
"Ngetes doang, kali aja diizinin kan."
"Terus kalo diizinin, lo mau sekolah?"
"Enggak, kan gue masih lemes."
"Buang-buang tenaga buat ngomong."
"Heh daripada gak ada obrolan, garing, kriuk-kriuk renyah."
Azril tidak menjawab lagi, fokus memperhatikan tayangan televisi didepannya.
"Lo sekolah ya besok?"
"Enggak, nanti aja masuknya bareng."
"Heh gak boleh! Besok harus sekolah pokoknya, lo udah kelas dua belas Zril bentar lagi juga ujian nasional. Harus rajin-rajin sekolah, gue ada bibi jadi tenang aja."
"Nanti lo keluyuran."
"Keluyuran kemana? Kan gue lagi sakit, suudzon mulu hidup lo."
"Gue mau nongkrong boleh gak?"
"Monggo, gak ada yang ngelarang. Sama ketiga temen lo kan?"
"Iya lah, emangnya siapa lagi? Udah lama juga gak ngumpul bareng-bareng. Kalo pulangnya agak maleman boleh?"
"Boleh, boleh kok. Gak ada yang ngelarang."
"Takutnya lo butuh temen dirumah, temen ngobrol gitu."
"Kan ada bibi, udah kalo mau nongkrong mandi dulu gih."
"Nanti pulangnya mau dibeliin apa?"
"Seblak."
"No!"
"Mie ayam?"
"No!"
"Bakso?"
"No!"
"Yaudah, gue gak nitip. Gak usah beliin apa-apa." Sania menyilangkan tangannya di depan dada, "Ngapain nawarin kalo apa-gak boleh?"
"Ya yang lain, jangan yang ngundang penyakit."
"Mandi dulu aja sana, masih gue pikirin mau nitip apa."
"BIBI!"
"Zril, jangan teriak-teriak. Kalo butuh sama orang, samperin orangnya. Gak sopan tau kaya gitu apalagi sama orang tua."
Azril memutarkan bola matanya, "Iya."
Azril mencari Bi Irah ke dapur dan benar, ternyata Bi Irah sedang menelepon anaknya. Bi Irah langsung memutuskan sambungan teleponnya saat Azril datang kesana.
"Kenapa dimatiin Bi? Lanjut aja gapapa, Azril tunggu."
"Enggak den, ada apa?"
"Tolong temenin Sania ya Bi. Azril mau pergi keluar nanti, tapi sekarang mau mandi dulu."
"Iya atuh den, siap!"
"Kalo misalkan nanti malam Azril belum pulang, temenin Sania tidur ya soalnya dia susah tidur kalo sendirian. Terus jangan lupa suruh makan, sama jangan lupa minum obat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...