Azril merasa ada sesuatu yang merayap di kakinya, terasa geli-geli gimana gitu. Otomatis Azril mengalihkan perhatiannya ke kakinya. Azril melotot melihat seekor hewan yang sangat dibencinya.
Kecoa.
Azril jatuh pingsan, karena melihat kecoa.
Itulah kelemahan Azril, takut dengan kecoa. Azril sangat benci hal apapun yang berhubungan dengan kecoa.
"Azril!" panggil Arina.
"Azril buka pintunya."
"AZRIL!"
"Azril cepet bukain pintunya."
"Masa udah tidur lagi sih kan baru bangun."
"Zril cepetan buka, mama bawa sayur sop ini makan dulu."
"Tolong bukain pintunya Zril!"
"Mama repot ini."
"Azril? Kamu lagi apa?"
"Zril?"
Karena tidak ada sahutan dari dalam kamar Azril, Arina menyimpan semangkuk sayur dan sepiring nasi yang dibawanya di lantai.
Arina mengetok pintu kamar Azril, "Azril mama buka ya pintunya!"
Tetap tidak ada jawaban.
Arina membuka pintu kamar Azril, ternyata tidak dikunci. Arina kembali mengambil sayur beserta nasinya yang tadi diletakkan diatas lantai lalu dibawa ke kamar Azril.
"Astaghfirullah!"
"Azril kok tiduran di lantai?" tanya Arina kaget.
Arina menepuk-nepuk pipi Azril pelan, "Azril bangun, tidurnya di kasur!"
"Zril!"
"Hei bangun! Tidurnya diatas kasur sana, masa di lantai."
Arina melihat ada gunting yang tergeletak di lantai, pikirannya sudah kemana-mana. Apalagi posisinya gunting itu berada di dekat Azril.
"Jangan-jangan?" Arina menggelengkan kepalanya, "Gak mungkin."
Arina mengecek pergelangan kedua tangan Azril tapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Arina bernafas lega.
"Azril bangun dulu!"
"Kok susah banget sih bangunnya?"
Arina mendekatkan telunjuknya ke hidung Azril, "Masih nafas kok!"
"Zril? Kamu pingsan?"
"Azril bangun!"
Arina menepuk-nepuk pipi Azril pelan, sesekali mengguncang tubuh Azril tapi anaknya itu tak kunjung bangun. Arina keluar dari kamar Azril.
"PAPA SINI PA!" teriaknya sambil berpegangan pada pembatas tangga.
"Ada apa?" tanya Yuda sambil melangkah mendekati istrinya, ia sedikit kaget mendengar istrinya berteriak.
"Azril pingsan!"
"Kok bisa?"
"Ya mama gak tau! Sini cepetan bantuin pindahin Azril ke kasur."
"Pasti gara-gara belum makan ni anak, jadi pingsan. Belum masuk apa-apa ke perutnya sedangkan sekarang udah jam setengah dua belas siang."
"Kenapa ya ayahnya Sania gini banget ke Azril? Padahal Azril tuh ada salah apa coba? Kita udah berusaha nyatuin mereka kembali, tapi dia malah misahin mereka dan bikin Azril kaya gini. Mama kasian sama Azril Pa!"
"Sebentar lagi, tenang."
"Terus aja gitu tapi gak dateng-dateng. Jujur aja mama sedikit kecewa sama mereka, harusnya yang dihukum tuh Sania yang bikin kesalahan. Bukan malah Azril yang ngalamin hal kaya gini, kasian tau dia tersiksa banget tanpa Sania."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...