SANAZ - 48

1.7K 121 25
                                    

"Ayaaah." kini Sania sudah mengeluarkan air matanya.

"Kok nangis? Kan kamu yang minta." Azmi berusaha menahan tawanya, "Jadi cengeng ya sekarang, gampang nangis." ujar Azmi sambil mengusap-usap puncak kepala Sania.

"Ayah aku gak jadi pengen pindah." ucapnya sambil terus menangis.

Azmi tidak menyahut.

"Ayah, aku gak mau pindah, kan sekarang udah beda situasi dan kondisinya."

Azmi masih tidak menyahut.

"Ayah jawab aku ih!"

"Udah jangan nangis! Lebay kamu. Ayah mau ngajak kita liburan, jalan-jalan ke luar negeri. Kamu harus ikut, kita kerjain Azril. Bunda mau lihat seberapa besar perjuangan Azril minta ke ayah supaya kamu dibalikin. Asal kamu tau, handphone ayah dari tadi gak berhenti bunyi karena telepon masuk dari Azril. Kita ngilang dulu seminggu." ujar Farida memberi penjelasan.

"Huuu cengeng." Azmi mengetuk kepala Sania dengan telunjuknya.

"Abisnya ayah gitu! Tapi aku kan belum beres-beres buat perlengkapan disana terus yang salah kan Sansan, kenapa yang dikasih pelajarannya malah Kak Azril? Eh bentar, emang mau kemana?"

"Inggris. Makanya ayah nyuruh kamu besok jangan sekolah dulu, sampe seminggu ke depan sih. Besok berangkatnya sore, nah pagi-pagi sampe siang kamu bisa nyiapin dulu semuanya."

"Kita blokir dulu nomor Azril selama disana." Farida tertawa, membayangkan menantunya itu uring-uringan karena mereka pergi dan tidak ada kabar.

"Jahat ih bunda!" ujar Sania.

"Gak apa-apa sekali-kali."

"Kak Bima ikut?" tanya Sania.

"Ikut, makanya dia sekarang nginep dirumah temennya mau nyelesai-in semua tugas katanya."

"Oh gitu."

"Oh iya! Kan temen-temen kamu tau kamu mau pindah, nah suruh mereka ngasih tau Azril tapi jangan dikasih tau tempatnya." saran Farida.

"Gak ah, jahat banget bunda. Sansan takut dia gila."

"Gak mungkin lah."

"Udah ah tidur-tidur! Jangan ngobrol lagi."

Azmi memeluk Sania, diikuti Farida yang memeluk Sania juga. Mereka bertiga memejamkan matanya menuju alam mimpi.

•••

"Assalamualaikum warahmatullah."

"Assalamualaikum warahmatullah."

Sania mengusapkan sebelah tangannya ke wajahnya, setelah itu mengangkat tangannya membaca doa-doa yang biasa dibacanya setiap selesai shalat. Seperti biasa, Sania membaca Al-Qur'an beberapa lembar. Setelah selesai, Sania memasukkan alat-alat shalatnya ke dalam koper yang akan dibawanya liburan.

Sania menyiapkan pakaian, alat mandi, dan keperluan lainnya selama disana dan menyimpannya ke koper dengan lumayan rapi.

Menyadari lipatan baju dan yang mengisi kopernya tidak terlalu rapi, Sania jadi teringat Azril yang jika melipat baju selalu rapi dan teratur. Sania langsung menutup kopernya ketika semua perlengkapannya sudah masuk.

Sania mengambil handphone yang sejak kemarin malam tidak ia buka karena sibuk menonton drama. Sania menghidupkan handphonenya, saat sudah menyala ternyata banyak pesan masuk dari grup bersama sahabatnya.

Sania tersenyum kecil saat melihat banyaknya chat dan riwayat telepon dari Azril.

Sengaja, chat Azril dibukanya paling akhir karena pesan-pesan masih masuk dari Azril, laki-laki itu tidak ada bosan-bosannya mengirimkan pesan. Biarkan Azril melihat Sania online tapi tidak membaca pesannya.

SANAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang