"Kak!"
"Oi."
"Lagi sibuk gak?"
"Enggak, kenapa emang?"
"Ke Bandung yu!"
"Bandung? Mau ngapain?"
"Jajan."
"Emang di Jakarta gak ada jajanan?"
"Ada, tapi pengennya di Bandung. Ayo Kak, malam minggu ini."
"Bandung jauh loh San."
"Pokonya gue pengen malmingan di Bandung."
"Disini aja, kan banyak tempat-tempat bagus di Jakarta juga. Jauh-jauh ke Bandung."
"Ish! Kok gitu? Susah banget diajaknya, kan gak sibuk ini." Sania memegang tangan Azril, "Ayolah Kak."
"Emang kenapa sih tiba-tiba pengen ke Bandung?"
"Gak tau, pengen aja."
"Mending diem dirumah, istirahat mumpung weekend."
"Tapi butuh refreshing, mau ke Bandung. Aaaa ayo Kak ke Bandung!"
"Kak, ayo!"
"Kemana sayang?"
"Ke Bandung, sekarang."
"Di Bandung ada apa?"
"Ya gak tau, makanya gue pengen kesana biar tau. Ayo Kak!" Sania terus merengek seperti anak kecil yang meminta sesuatu harus dilakukan sekarang juga.
Sania memeluk kaki kanan Azril, "Ayo ke Bandung." rengeknya lagi.
"Ih Kak, ayo berangkat sekarang."
"Diem aja di rumah San, tidur siang sana! Jangan ganggu gue, lagi nonton film nih seru."
"Gak mau tidur siang. Ah lo mah susah banget, gitu sekarang." Sania naik ke atas kasur, posisinya tengkurap dan menyembunyikan wajahnya di bantal.
Azril menepuk pundak Sania, "San."
Sania mengedikkan bahunya kasar, "Diem."
Azril mengusap rambut Sania, "Kenapa nangis?"
"Lo masih tanya kenapa?"
"Iya iya gue tau. Cepet sana siap-siap, kita berangkat sekarang. Gak usah pake nangis." ujar Azril, tapi Sania tidak beranjak dari posisinya.
"Mau atau enggak?" tanya Azril lagi.
"Mau!"
"Cepeten siap-siap! Sebelum gue berubah pikiran, lain kali gak usah nangis dulu."
"Lo nya ngeselin."
"Aneh banget tiba-tiba pengen ke Bandung. Ada orang yang mau ditemuin?"
"Gak ada, gue cuma pengen jalan-jalan nyari angin."
"Kan disekitaran Jakarta juga bisa, ngapain harus jauh-jauh kesana?"
"Kalo gak mau yaudah diem, gak usah banyak ngomong."
"Cepetan siap-siap, udah deh nangisnya kan gue udah iyain."
"Lo nya jangan disitu, gue malu."
"Masih punya malu lo?"
"Enggak!" sentak Sania sambil mengangkat wajahnya dari bantal.
"Tuh matanya agak bengkak, hidungnya juga jadi merah."
"Biarin!" Sania turun dari kasur dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Sania keluar dari kamar mandi lalu memilih-milih baju yang akan dipakainya. Sania mengambil Hoodie berwarna biru dongker.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...