Sore ini Azril dan teman-temannya sedang berkumpul di rumah Azril, tapi mereka merasa heran karena Azril belum juga sampai, karena mereka tadi pulang duluan dan Azril tidak bicara apapun kepada mereka.
"Hah? Kosong?" Ucap Zaid seperti di grup qasidah ibu-ibu itu.
Tapi Malik malah melanjutkan ucapan Malik, "Astaghfirullahaladzim." Sambil mengusap dada.
Zaid melanjutkan nyanyiannya, "Kerja lembur bagai kuda, sam-"
"Udah gausah dilanjut, berisik tau gak." Ucap Rafa yang merasa sedikit pusing, lalu ia memutuskan untuk rebahan di kasur Azril.
"Aelah mengganggu suasana aja lo!" Malik mendelik kesal.
Beberapa menit kemudian mereka mendengar suara motor masuk kearah pekarangan rumah itu.
"Darimana dulu Zril?" Tanya Malik kepada Azril saat laki-laki itu baru saja membuka pintu kamarnya.
"Abis dari minimarket." Jawabnya singkat sambil membuka jaketnya, lalu duduk di sofa yang ada di kamarnya.
Lalu Rafa yang sedang tiduran di kasur itu mendekati Azril, "Jujur aja sih, gue tau lo boong."
"Hayo abis darimana?" Ucap Zaid dengan muka tengilnya.
Azril menghela nafas, "Abis nganterin Sania."
"Katanya waktu itu gak mau, sekarang kok dianterin." Sindir Rafa.
"Bacot." Ucap Azril sambil berjalan ke kamar mandi untuk mandi karena badannya terasa lengket.
"Si bos gercep juga ya, waktu itu katanya gak mau, tapi gapapa deh mungkin dia lagi usaha lupain masa lalunya." Ucap Zaid memulai ghibahnya.
"Iya akhirnya si Azril ada niatan buat lupain dia, tapi jangan sampe si murid baru itu dijadiin pelampiasan, kasian." Ucap Rafa.
"Yaudah lah doain aja yang terbaik buat kedepannya, mending kita maen PS, ambil tuh cemilannya di kulkas." Ajak Zaid sambil menyuruh Rafa untuk mengambil cemilan.
Rafa yang sudah pindah tempat duduk dari sofa menjadi lesehan di karpet pun menggeplak kepala Zaid, "Berasa rumah lo sendiri anjir."
Merasa kesal kepada Rafa, Zaid pun berniat membalas perbuatan Rafa, namun Rafa berhasil menghindar, "Gak usah sambil geplak kepala gue bisa gak sih?"
"Gak bisa, gue kan udah bilang tangan gue suka gatel kalo gak nyentuh kepala lo." Ucapnya sambil tertawa.
Tiba-tiba Azril keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah lebih segar, lalu ia mengambil gitarnya dan mulai memainkannya sambil bernyanyi.
'Dia untukku bukan untukmu'
'Dia milikku bukan milikmu'
'Pergilah kamu da-'
"Cielah bos, Sania nya gaboleh diambil kita kita nih?" Ucap Malik menggoda Azril sambil menaik turunkan alisnya.
Azril memutar bola matanya malas, "Apaan sih?"
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, lalu Azril beranjak dari duduknya, setelah dibuka ternyata itu mamanya.
"Sayang bisa kita ngobrol sebentar?" Tanya Arina -mama Azril- saat sang anak sudah berada dihadapannya.
Azril menganggukkan kepalanya, "Bisa ma, ngobrol di kamar mama aja soalnya temen-temen Azril suka nguping." Ucap Azril sambil terkekeh pelan.
Teman-temannya yang mendengar itu pun membulatkan matanya, lalu Rafa menjawab mewakili mereka semua karena merasa kesal di fitnah oleh Azril.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...