Masa SMA Sania sebentar lagi akan berakhir. Ujian praktek sudah terlewati dengan lancar karena Sania sudah mempersiapkan dari awal.
Hari ini hari terakhir Sania melaksanakan ujian nasional. Perasaannya sangat senang saat keluar dari ruang ujian, Sania merasa bangga kepada dirinya sendiri karena bisa melewati semua ujian dengan lancar.
"Hebat ya kita?" tanya Hafi.
Ghea bertepuk tangan, "Wih hebat banget dong."
"Keren pokonya." Sania mengacungkan kedua jempol tangannya.
"Ibu mantan ketos belum bersuara, ada apa gerangan?"
"Gue bingung mau ngomong apa. Lagi mikirin soal tadi, nomor dua puluh satu kalian isinya apa?"
"Ca, udah deh. Udah terlewat juga, gak bakal ada remidi. Udah ya, lupain semuanya. Mulai besok kita udah bebas dari pelajaran-pelajaran, waktunya menikmati waktu luang."
"Bibirnya sampe pucat gitu." Sania tertawa sambil menunjuk wajah Eca.
"Sini deh guys."
Sania, Hafi, dan Eca merapat mendekati Ghea.
"Lusa gue tunangan sama Kak Rafa, dateng ya!"
"WHAT?!"
"Sut heh jangan berisik!"
"Lo mau buru-buru nikah Ghe?"
"Enggak lah! Kak Rafa cuma mau buktiin kalo dia serius sama gue, udah gitu aja. Masalah nikah mah nanti masih lama, gue mau kuliah dulu."
"Kirain mau cepet-cepet gitu, nikah dulu baru kuliah."
"Enggak, awas kalo kalian gak dateng."
"Keren, beres ujian langsung dilamar."
"Iri ya? Kasian deh."
"Buat apa iri? Status gue udah lebih tinggi dari lo ya." sahut Sania.
"Oh iya, ampun suhu." ujar Ghea menyatukan kedua tangannya sambil menunduk.
"Kalian ngerasa gak sih kalo Hafi jarang cerita hubungannya sama Kak Zio?"
"Iya Fi, kenapa sih? Kalian baik-baik aja kan?"
"Baik-baik aja kok, gue bingung mau cerita apa. Soalnya gitu-gitu aja gak menarik."
"Berdosa lu dikata gak menarik."
"Kalian langsung pada pulang ke rumah?" tanya Ghea.
Sania sudah membuka mulutnya tapi disela oleh Hafi, "Lo gak usah jawab karena kita udah tau jawabannya."
"Minggu kita kumpul lagi, kuy!"
"Gas."
"Ngeng."
"San?" panggil Ghea karena Sania belum menjawab.
"Gas ngengg!"
"Eh mending kita ke kantin dulu yu." ajak Ghea dengan bersemangat.
"Ngapain?"
"Jajan lah, lo kira mau jual rongsokan?"
"Kali aja lo mau nyari botol bekas terus dikumpulin, kalo udah banyak nanti dijual."
"Abis pusing gini enaknya makan bakso, cabenya banyak. Kuahnya berubah jadi merah, uh kebayang ayo cepetan ngiler nih!"
"Gue gak terima ya kalo ngantri."
"Heh gak boleh gitu, bagus lah kalo ngantri nanti si bibinya untung banyak. Doain yang baik-baik lo Fi, mau kawin ama anak ustad hatinya masih hitam, gelap."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...