Sekarang Azril sedang di perjalanan menuju rumah yang merupakan hadiah pernikahannya dengan Sania. Azril berniat mengunjungi Sania, semoga gadis itu berada dirumah apalagi sekarang sudah jam sembilan malam.
Azril menyetir sambil mendengarkan lagu-lagu galau di mobilnya, apalagi ditemani rintik hujan yang turun sedari tadi. Jakarta terasa adem bila seperti ini, lampu jalanan dan gedung-gedung terlihat sangat indah saat di malam hari. Sangat mendukung perasaan Azril.
Azril membelokkan mobilnya dan dimasukkan ke dalam garasi. Azril membuka pintu depan, tapi dikunci. Sepertinya Sania ada dirumah karena lampu-lampu didalam sudah menyala.
Azril memencet bel,"Semoga dia belum tidur."
Terdengar suara kunci pintu yang dibuka dari dalam, berarti Sania belum tidur. Karena siapa lagi yang akan membuka kunci jika bukan Sania, tidak mungkin teman-temannya setiap malam menginap karena akan sulit mendapatkan izin orang tuanya jika sudah terlalu sering.
"Assalamualaikum." Salam Azril saat Sania sudah muncul didepannya, terlihat gadis itu kaget akan kehadirannya.
"Waalaikumsalam, lo pulang?" Tanya Sania dengan mata yang berbinar.
"Ada yang mau gue bicarain."
Jawaban Azril membuat ekspresi Sania berubah, tidak bersemangat seperti beberapa detik yang lalu. Raut wajah senangnya luntur, digantikan dengan raut merengut.
"Tapi nginep kan?"
Azril masuk kedalam rumah sebelum Sania mempersilahkannya masuk tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, toh ini rumahnya juga. Jadi, tidak perlu menunggu persetujuan Sania. Jika Azril mau, kapan saja ia bisa datang kerumah ini. Tapi sekarang sedang malas.
"Mau minum apa?" Tanya Sania.
"Gausah."
"Gue abis bikin brownies, mau ga?"
"Gausah, gue cuma mau nanya."
"Nanya apa?"
"Sampe kapan lo mau kaya gini? Gue minta kepastian karena jujur, gue cape digantung terus. Sebelum perasaan gue tumbuh makin dalam ke lo, lo tentuin pilihan lo siapa. Sekarang juga gue minta jawaban. Waktu itu gue bilang bakal rebut lo kembali dari dia secara paksa, tapi setelah gue pikir-pikir, kalo lo bahagianya sama Rafli, gue gak bisa maksain. Sekarang gue cuma mau lo bahagia, terserah lo mau sama siapa. Seandainya lo bukan pilih gue, pasti bakal ada gantinya kok, seseorang yang terbaik buat gue. Jadi gimana?"
Sania menatap mata Azril beberapa menit, "Kasih gue waktu satu Minggu."
"Gue rasa, gue udah tau siapa yang akhirnya bakal lo pilih. Seseorang yang udah lama hadir di hidup lo, yang udah banyak kasih kenangan baik sama kebahagiaan buat lo."
"Jangan so tau."
"Karena gue udah tau hasil akhirnya, apa lebih baik kita pisah aja?"
"Jangan gegabah ambil keputusan Azril!" Bentak Sania secara refleks, jujur saja Sania kaget mendengar Azril berbicara seperti itu.
"Jangan so tau, dan apa susahnya kasih gue waktu satu minggu buat ngehapus perasaan gue ke Rafli. Gue cuma gak mau kalo misalkan kita bareng-bareng lagi tapi hati gue buat Rafli. Jadi, please kasih gue waktu satu minggu buat gue lupain perasaan gue ke Rafli, sebelum kita bener-bener mulai kembali dari awal. Putusin Rafli gak semudah yang lo bayangin, asal lo tau." Lanjut Sania dengan mata yang berkaca-kaca.
"Oke satu minggu."
Azril mengambil kunci mobilnya dari atas meja, berniat pulang. Tapi langkahnya terhenti saat Sania memeluknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...