"Assalamualaikum warahmatullah." Azril menolehkan kepalanya ke kiri.
Azril dan Sania baru saja selesai melaksanakan shalat isya. Shalat isya pertama dalam hidup mereka dengan adanya pendamping. Melihat Sania memakai mukena, membuat hati Azril merasa damai, tenang ,juga adem. Ternyata perjodohan ini tidak begitu buruk.
Azril memimpin do'a, bisa tidak bisa ia harus bisa. Tapi kan namanya juga belajar, mereka harus saling membantu dan saling melengkapi. Sania mencium punggung tangan Azril, mungkin itu akan menjadi kebiasaan begitupun dengan Azril yang mengecup kening Sania.
"Kita mulai cerita ini sama sama ya San." Sania menganggukkan kepalanya.
Kedua remaja itu membereskan alat sholatnya masing-masing. Lalu turun untuk makan malam.
"Pengantin baru mah gandengan mulu ya kan Bun." sindir Bima kala melihat Azril dan Sania turun bergandengan tangan.
"Apaan sih kak?" Sania sudah berancang-ancang untuk berlari mendekati kakaknya tapi ditahan oleh Azril, karena kalau tidak ditahan pasti ada keributan yang terjadi.
"Sirik aja kamu, cari pacar gih atau mau bunda jodohin juga? Ada tuh anaknya temen bunda, cantik juga orangnya." Tawar Farida.
"Kenalin deh Bun, tapi gausah dijodohin ya." Ujar Bima cengengesan. "Eh tapi Bima kayak gak laku ya Bun, padahal banyak yang mau." Lanjutnya percaya diri.
"Bilang aja deh gak ada yang mau gausah banyak alesan." sindir Sania.
"Apa? Yang mau sama kakak mah banyak, kamu nya aja yang gak tau." Sahut Bima ngegas.
"Buktinya sekarang kakak ma-"
"Udah San gak usah dilanjutin gak malu apa sama Azril, panggil ayah gih di ruang kerjanya." Potong bunda sebelum perdebatan semakin panjang.
Sania menurut, ia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Azmi yang berada di samping kamar orang tuanya.
"Ayah."
Mendengar ada yang memanggil namanya, Azmi mengalihkan pandangan yang semula menatap laptop menjadi menatap sang pemanggil yang ternyata putri kesayangannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Azmi.
"Ayah makan dulu, jangan kerja terus ah. Kerja boleh asal jangan berlebihan, jangan sampe lupa makan." Sania mendekati Azmi lalu memeluknya, entah kenapa ia ingin bermanja-manja bersama ayahnya.
"Kenapa nih manja gini?"
"Kalo gini jadi makin gak rela buat ngelepas kamu San." Batin Azmi.
"Gak tau pengen aja."
"Yaudah yuk ke ruang makan,ada yang mau ayah omongin."
"Gendong." Sania menyengir kuda sambil merentangkan tangannya.
Azmi menggelengkan kepalanya tapi tetap mengarahkan punggungnya kearah Sania, Azmi tidak bisa menolak keinginan putri tercintanya, "Ayo."
"Astaga Sansan kenapa kamu digendong gitu? Gak malu apa sama Azril?" Tanya Farida lalu melirik kearah Azril, "Azril liat tuh istri kamu." Farida geleng-geleng kepala.
"Gak punya malu kamu dek." Bima juga ikutan geleng-geleng kepala, merasa jengah dengan tingkah ajaib adiknya.
"Biarin aja Bun sekarang manja-manjanya sama ayah dulu, nanti kan sama Azril." Azril terkekeh diakhir kalimatnya.
"Udah San turun kasian ayah, sini duduk." lanjut Azril menepuk kursi yang ada disebelahnya.
"Gak usah cemburu Bun, nanti ayah gendong juga." Azmi mengedipkan sebelah matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...