"Ikut makan Bi." suruh Azril.
"Ah enggak Den, bibi mah nanti aja di belakang."
"Makan disini Bi, ada meja makan ngapain makan di belakang?" ujar Sania sambil menyiapkan makanan untuk Azril.
"Atuh gak enak bibi teh."
"Jangan gitu, anggap aja kita berdua itu anak bibi sendiri."
"Duduk Bi, mau makan apa?" tanya Sania.
"Biar bibi ambil sendiri aja."
"Bibi, mau makan apa?" tanya Sania lagi.
"Sayur aja atuh neng." jawab Bi Irah sambil tersenyum tidak enak.
Setelah selesai, Sania membawa semua piring kotor ke wastafel dan berniat mencucinya.
"Neng, biar bibi aja yang cuci."
"Gak usah Bi, aku juga bisa kok."
"Terus bibi teh kerjanya apa atuh neng jadi bingung."
"San, keatas." ucap Azril.
"Tuh, disuruh keatas sama si Aden. Udah biar bibi aja neng, biar ada kerjaan."
"Yaudah deh." Sania mencuci tangannya, "Bi, jangan lupa cek pintu udah dikunci apa belum. Abis itu bibi istirahat, selamat istirahat Bi!"
"Iya neng."
Sania menyeduh dua gelas susu, rasa coklat untuk dirinya dan rasa vanilla untuk Azril. Sania membawa kedua gelas susu itu ke kamarnya, tapi Azril tidak ada di kamar.
Sania berjalan menuju ruang kerja Azril, ternyata Azril berada disana dengan laptop yang menyala.
"Ngerjain apa?" Sania menyimpan susu milik Azril di mejanya.
"Disuruh papa bikin laporan bulanan."
"Lama?"
"Gak tau."
"Kak, gue pengen ada meja juga disini. Biar nanti lo lagi belajar atau kerja, bisa gue temenin sambil belajar juga. Masa lo disini gue di kamar."
"Emang kenapa? Takut kangen ya? Udah bagus lo di kamar, gue disini biar sama-sama fokus."
"Gue bisa fokus kok kalo disini, berhadapan gitu mejanya. Biar kalo lagi pusing belajar, pas liat ke depan ada objek cuci mata."
"Bisa aja! Nanti gue beliin."
"Yeay! Makasih." Sania memeluk Azril dari belakang dan mengecup pipi suaminya.
"Giliran ada maunya, cium-cium, peluk-peluk."
"Lo jangan tinggalin gue ya, maafin gue."
"Mulai deh, mulai. Ngomong aja, gak gue dengerin. Jangan peluk-peluk, berat. Awas ah!"
"Gue berat? Gue gendut Kak?"
"Enggak, lo kurus."
"Tuh kan, pasti bohong. Jujur aja, gue gendut ya?"
"Iya."
"Ih! Jawab enggak kek biar hati istrinya seneng, pura-pura gak tau aja kalo gue gendut."
"Serah lo San!"
Sania pergi ke kamar untuk mengambil ponselnya, lalu kembali lagi ke ruang kerja. Sambil menunggu Azril, Sania memainkan ponselnya. Membuka aplikasi apa saja supaya tidak gabut.
Sania dan teman-temannya sedang mengobrol di grup, Ghea sedang melawak hingga membuat Sania tertawa.
"Ngetawain apa?" tanya Azril jutek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...