"Gue duluan ya San, mau ke halte depan." Pamit Ghea karena dia memang berniat menunggu seseorang di halte.
"Iya, dadah Ghe!" Ucap Sania sambil melambaikan tangannya, Ghea pun membalasnya dengan melambaikan tangan tidak lupa dengan senyum lnya yang manis itu.
"Kabimm!" Seru Sania saat melihat seorang laki-laki yang dikenalnya itu di depan gerbang. Lalu seorang laki-laki yang bernama Bima Ararya Saguna yang merupakan kakak dari Sania itu menoleh dan langsung menghampiri Sania.
"Gimana sekolahnya dek?" Tanyanya sambil mengusap kepala Sania.
Sania tersenyum, "Lancar kak aku juga udah dapet temen, mereka baik-baik."
"Syukurlah kalo gitu. Kirain ga ada yang mau temenan sama kamu." Balas Bima sambil tertawa meledek yang membuat Sania kesal.
"Iiih Kakakkk." Sania memasang wajah cemberut yang membuat kakaknya itu gemas.
Bima tertawa, "Udah jangan cemberut gitu ayo kita pulang."
"Let's go!"
•••
Setelah memakan waktu yang cukup lama untuk membelah jalanan kota metropolitan itu, akhirnya adik-kakak itu sampai dirumahnya.
"ASSALAMUALAIKUM BUNDA! SANSAN PULANG." Teriaknya saat memasuki rumah diikuti oleh kakaknya yang memasuki rumah sambil menutup telinganya karena merasa sakit mendengar teriakkan Sania yang super duper membahana itu.
"Aduh gak usah teriak-teriak gitu dong, kalo kuping kakak budek karena suara cempreng kamu itu gimana?" Ucap kakak nya dengan nada bercanda.
Sania tertawa dan menjulurkan lidahnya. "Biarin wlee." Sania pun menghampiri bundanya saat melihat sang bunda ada di ruang keluarga sedang nonton TV sedangkan sang kakak langsung pergi ke kamarnya.
"Waalaikumsalam sayang, gausah teriak-teriak ah nanti tetangga kita keganggu gimana?" Tegur Farida, bunda Sania.
Yang ditegur hanya nyengir kuda, mencium tangan bundanya lalu memeluk bundanya manja. "Sansan kangen tau Bun."
"Ya ampun bocil tadi pagi kan ketemu masa udah kangen sih, udah ah mandi dulu sana kamu bau." Ucap Farida sambil menutup hidungnya, padahal sebenarnya Sania tidak bau sama sekali.
"Ish bunda mah." Sania lalu melenggang pergi ke kamarnya dengan wajah cemberutnya itu tak lupa menghentakkan kakinya pertanda ia sedang kesal. Ia akan mandi biar wangi.
•••
Setelah mandi, wajahnya pun terlihat lebih segar dan tidak kusut seperti tadi. Lalu ia sholat setelah itu ia bingung mau ngapain, akhirnya malah rebahan di kasurnya yang empuk itu.
"Bentar deh, gue kayanya pernah lihat Kak Azril tapi dimana coba." Monolognya sambil mencoba mengingat-ingat.
Setelah beberapa menit, "Oh iya dia kan yang gak sengaja ketabrak waktu di cafe itu. Iya iya bener deh kayanya, lumayan ganteng juga sih."
"Ih gue mikir apaan sih?" Kesalnya sambil mengacak-acak rambutnya. Beberapa saat kemudian ia merasa ngantuk dan berniat untuk tidur sebentar sebelum makan malam.
Selang beberapa jam, Bima masuk kedalam kamar gadis itu setelah beberapa kali mengetuk pintu tapi tidak ada sahutan, lalu ia memutuskan untuk masuk ke dalam dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah adiknya yang kebo. Kebo disini maksudnya keenakan bobo ya.
Ia mulai membangunkan sang adik dengan mencolek lengan adik satu-satunya itu, "Bocil bangun, ayo sholat abis itu makan."
"Hm." Sania hanya membalasnya dengan deheman lalu bergerak membelakangi kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...