Apa yang dikatakan oleh Ghea,Hafi dan Eca mengenai kampanye waktu itu benar-benar terjadi. Lapangan upacara sudah tidak dapat dikondisikan karena suasananya benar-benar tidak kondusif. Cara duduk setiap barisannya memang rapi,tapi suara riuh teriakan dan juga tepuk tangan yang merupakan bentuk dukungan mereka kepada jagoannya yang membuat Taruna Sakti menjadi sangat ramai. Sebelum guru kesiswaan datang maka suasana sekolah akan tetap seperti itu,karena mereka tidak mendengarkan ucapan pengurus OSIS yang menyuruhnya tetap tenang. Siswa siswi memanfaatkan acara ini untuk refreshing setelah dipusingkan oleh soal-soal penilaian akhir semester selama satu minggu.
Di depan sana berdiri dua pasang kandidat yang mencalonkan dirinya sebagai ketua OSIS di Taruna Sakti,berdiri dengan percaya dirinya tanpa gugup sedikit pun melihat siswa siswi yang sedang mendukungnya.
Sania hanya bisa menundukkan kepalanya karena malu disaat Azril berteriak hal-hal konyol yang memalukan,seperti saat ini dia sedang berteriak menyemangati Eca dengan iming-iming jika Eca menjadi ketua OSIS maka Zaid akan menikahinya,heh memangnya ini acara sayembara? Dasar Azril. Hal itu membuat Azril menjadi pusat perhatian dan entah kenapa Sania juga terkena imbasnya. Azril mendapat geplakan di kepalanya dari Zaid dan juga Malik, meskipun mereka sama-sama gesreknya tapi kali ini Azril lebih memalukan.
Sania tidak merasa cemburu saat Azril meneriakkan nama Eca dan mendukungnya,karena memang itu hanya sebuah kata-kata penyemangat juga dukungan yang menjadi hiburan orang-orang. Eca juga temannya dan dia sudah mempunyai kekasih,tidak mungkin dia akan merebut Azril dari Sania.
Sania mencubit pinggang Azril kala laki-laki itu berbicara hal yang tidak jelas lagi,membuat Azril meringis dan menoleh kearah Sania yang sedang menatapnya tajam.
"Apaan sih?" Tanya Azril sambil mengusap-usap pinggangnya yang terasa panas akibat cubitan maut si nyonya.
"Please deh Zril,jangan malu-maluin!" Ujar Sania dengan kepala yang masih menunduk.
"Gapapa lah,orang sekolah punya gue ini. Tiap tahun juga gue kek gini,lumayan refreshing sebelum nanti diomelin mama gara-gara nilai raport ada yang dibawah KKM." Ujarnya santai lalu merangkul bahu Sania.
"Iya,setiap tahun dia emang gitu." Ujar Malik yang berada di samping Sania,jadi posisinya Azril itu berada di sebelah kiri Sania sedangkan Malik di sebelah kanannya.
"Apalagi bentar lagi sekolah ini bakal jadi milik gue karena papa bakal ngewarisin sekolah ini." Azril memasang tampang sombongnya membuat Sania memutarkan bola matanya malas.
Lagi lagi Zaid menggeplak kepala Azril saat mendengar ucapannya,"Pede gila lo! Gimana kalo nanti diserahin nya ke Rafka,terus lo gak dikasih harta warisan,mampus lo! Jadi orang susah." Zaid mengejek Azril namun tatapannya masih fokus ke depan,memperhatikan guru kesiswaan yang sedang mengobrol dengan dua pasang kandidat calon ketua OSIS.
"Gak mungkin,soalnya si Rafka gak mau ngurus perusahaan katanya dia mau jadi psikolog aja. Aneh emang,otak miring mau jadi psikolog." Ujar Azril sambil memainkan rambut Sania yang berterbangan.
"Dia gak mau dikasih satupun perusahaan dari papa lo?" Tanya Malik tidak percaya,jika dia menjadi anak dari Yuda maka ia tidak akan menolak itu. Lumayan untuk pemasukan dan menabung untuk menikah. Calonnya saja belum ada,udah mikirin nikah. Tapi kan untuk persiapan tidak apa-apa supaya nanti tidak harus kesana-kemari mencari pinjaman seperti tetangganya.
"Dia mau kalo dikasih satu,itupun yang ngelolanya harus gue tapi duit hasilnya nanti harus di kasih ke dia. Nyusahin emang." Azril geleng-geleng kepala saat mengingat perkataan Rafka yang dengan santainya berbicara kepada papanya saat membicarakan harta yang akan diwariskan,tanpa memikirkan akibat yang akan menimpa Azril.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...