"Azril kenapa belum pulang?"
"Gak pulang."
"Nanti lo tidur dimana? Pulang gak?"
"Gak bisa."
Azril mematikan sambungan teleponnya bersama Sania. Saat ini Azril sedang berada di apartemen, Azril memilih mendinginkan otaknya setelah perdebatan dengan Sania sore tadi.
Flashback on
Azril dan Rafa masuk ke salah satu cafe yang terkenal di Jakarta lalu duduk di salah satu kursi yang masih kosong. Setelah menjadi tutor Ghea tadi, Azril langsung menuju ke kafe itu bersama Rafa karena Malik dan Zaid mengajak bertemu, gabut dirumah katanya.
Azril mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe, ternyata ada Sania duduk sendirian dipojokkan sana sedang membaca buku. Buku tebal yang biasa Sania pakai untuk belajar.
"Gue pengen ke toilet bentar." Izin Rafa sebelum meninggalkan Azril sendirian ditempatnya. Azril hanya melirik Rafa sebentar lalu menganggukkan kepalanya.
Azril berdiri karena ingin menghampiri Sania. Jujur saja, Azril jadi rindu nongkrong bersama Sania di kafe saat malam hari. Sania terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu untuknya.
Azril menghela nafas,"Sabar."
Azril merapikan bajunya yang sedikit kusut, baru beberapa langkah Azril berjalan, sudah ada seseorang yang menempati kursi kosong dihadapan Sania.
"Pacarnya dateng." Azril tersenyum miring.
Azril putar balik, lalu duduk kembali di kursinya yang tadi. Tidak lama, kedua sahabatnya datang membawa kerusuhan. Zaid yang berisik, sedangkan Malik yang terlihat sedang galau. Wajahnya sangat kusut, seperti baju yang belum disetrika.
Bersamaan dengan itu, Rafa juga kembali dari toilet. Azril tersenyum kala melihat sahabatnya datang, setidaknya Azril bisa melupakan masalahnya sebentar meskipun sumber masalahnya ada di ruang yang sama. Azril berusaha tidak mempedulikan Sania bersama pacarnya yang sedang duduk di pojokan sana.
"Gue mau cerita." Malik membuka pembicaraan.
"Pesen dulu kali ah. Buru-buru amat sih lo, biasanya juga santuy, sebat dulu kek apa kek." Sahur Zaid.
"Iya."
Semuanya memesan makanan dan minuman yang sama, alasannya supaya tidak merepotkan si pelayan. Begitu kata Azril.
Zaid mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. Sebelum disimpan di meja, Zaid mengambil satu batang rokok itu lalu menyalakannya dengan pematik milik Malik yang beberapa hari lalu dicolongnya. Setelah itu, yang lainnya ikut mengambil.
Semuanya mengerutkan kening saat Azril juga mengambil sebatang rokok, sudah lama sekali Azril tidak menyentuh benda itu.
"Tumben, ada masalah?" Tanya Rafa setelah mengepulkan asap rokok yang tadi dihisapnya.
Azril menunjuk Sania dengan dagunya. Rafa, Malik, dan Zaid langsung melihat apa yang ditunjuk oleh Azril. Mereka mengangguk paham.
"Gak ada niat pisah kan?"
"Gak ada. Biarin aja, masih labil."
"Kalo di unboxing, lo tinggalin aja."
"Liat nanti."
"Ah elah udah bucin lo. Tapi masa mau sih dijadiin yang kedua, sedangkan lo suami sah nya."
"Dia gak semurahan itu, bisa jaga diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...