Saat ini kantin sudah menjadi lautan manusia yang tengah merasa kelaparan, padahal bel istirahat belum ada lima menit berbunyi tapi suasana kantin seperti sedang ada demo, membuat keempat gadis yang baru saja tiba di kantin itu mengucap istighfar.
"Ini kita yang lelet atau mereka yang kecepetan sih?" tanya Eca yang melihat bangku sudah hampir penuh.
"San!" panggil seseorang dari pojok kantin membuat yang punya nama menoleh, ralat keempat gadis itu menoleh. Seseorang yang memanggilnya melambaikan tangannya agar Sania dan sahabatnya bergabung dengannya.
Ghea yang tahu siapa yang memanggil Sania pun menyenggol lengan Sania sambil menatapnya dengan tatapan menggoda.
"Ciee dipanggil siapa tuh?" lalu ketiga gadis itu tertawa, terkecuali Sania tentunya. Lagi lagi ia menjadi pusat perhatian karena yang memanggilnya merupakan most wanted idaman kaum hawa, sehingga banyak jenis tatapan yang ditujukan kepadanya,rata-rata mereka memberikan tatapan tidak suka kepada Sania.
Sania mengabaikan pertanyaan Ghea dan bertanya, "Mau duduk dimana nih?" tanyanya kepada ketiga sahabatnya.
"Udah penuh guys, mau duduk bareng Kak Azril aja? Kalo enggak kita bakal duduk dimana coba." tanya Hafi.
"Terpaksa kita harus duduk disana, sebenernya gue males ada si Zaid sinting tuh tapi ya mau gimana lagi?" ujar Eca pasrah.
Lalu mereka berjalan kesana dengan langkah yang terlihat malas, kecuali Ghea yang terlihat sangat bersemangat.
"Halo Eca sayang." sambut Zaid ketika Eca baru saja mendudukkan dirinya di kursi kantin, Eca hanya meliriknya sekilas lalu mengalihkan pandangannya.
"Siapa yang mau pesen nih?" tanya Eca.
"Gue aja sama Malik." jawab Zaid menawarkan diri, sedangkan Malik hanya menganggukkan kepalanya pasrah.
"Yaudah pesen gih, sekalian bayarin ya jangan lupa." Zaid dan Malik memelototkan matanya saat mendengar perkataan Eca.
"Gak boleh gak jadi, harus jadi pokoknya kalo gak jadi gue doain kalian bakal gagal nikah nanti." timpal Hafi yang membuat mereka menghembuskan nafasnya pasrah.
"Ngeri doanya."
"Yaudah mau pesen apa?" tanya Zaid dengan nada yang terdengar sangat pasrah, padahal tadi ia sangat bersemangat.
"Gara gara lo nih dompet gue bakal menipis." kesal Malik sambil menginjak kaki Zaid.
"Kita pesen bakso sama jus alpukat aja, disamain ya semuanya. Kita mah tau diri gak mau ngerepotin kalian." ucap Ghea santai.
"Yaudah kakak kakak pesen sana,udah laper banget nih kita." usir Sania secara halus.
Sedangkan Azril dan Rafa sudah tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Zaid dan Malik yang memucat. "Kalian tega banget sih." Kata Rafa disela tawanya.
"Biarin, kasih pelajaran tuh orang kali-kali." Eca berbicara dengan semangat yang menggebu-gebu, karena ia memang merasa senang melihat wajah pasrah Zaid yang biasanya nyolot dan suka ngegoda itu.
Lalu semua yang ada dimeja itu pun tertawa merasa puas. Saat kembali ke meja yang ditempati teman-temannya, kedua laki-laki yang memesankan makanan itu kembali dengan wajah yang memelas.
"Kekuras anjir dompet gue." ucap Malik lalu mendudukkan dirinya di kursi yang tadi ditempatinya.
"Nyesel gue nawarin lo pada, liat nih dompet gue jadi tinggal dikit, meskipun gak seberapa sih tapi kok gue jadi nyesel ya." Zaid menambahi perkataan Malik sambil memperlihatkan isi dompetnya yang tersisa tinggal beberapa lembar, itu pun yang berwarna merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...