Malam ini Sania sedang video call dengan Azril karena tadi saat ia sedang duduk memikirkan semua yang terjadi, tiba tiba ada panggilan video dari Azril. Sania sempat menolaknya berkali-kali tapi lelaki itu tetap bersikeras meneleponnya.
"Lagi ngapain?" tanya Azril ketika panggilan video itu tersambung.
"Lagi duduk aja." jawab Sania.
"Lagi duduk santai gitu kenapa tadi gue telpon ditolak terus?" Tanya Azril.
"Gapapa, gue lagi gak mood aja." Jawab Sania ketus.
"Gak pake masker yang buat gue kaget?" Tanya Azril.
"Engga, eh belum deh nanti aja." Sania mencepol rambutnya sehingga terlihat sangat lucu.
"Gimana keadaan lo?"
"Masih pusing."
"Besok sekolah? Gausah sekolah dulu deh ya." Ucap Azril sambil menatap lekat manik mata Sania yang menurutnya sangat indah.
Sania menghela nafasnya, "Iya enggak, bunda juga gak ngijinin. Padahal gue pengen sekolah, suka gabut kalo dirumah sendirian."
"Gue gak sekolah aja deh." Ucap Azril.
"Kenapa?" Sania mengerutkan keningnya.
"Mau nemenin lo biar gak gabut."
"Gausah gausah, lo sekolah aja jangan suka bolos gitu gue gak suka." Ucap Sania sambil mencebikkan bibirnya, membuat Azril yang melihatnya merasa gemas.
"Bener gapapa?" Tanya Azril untuk memastikan.
"Iya iya."
"Udah bilang ke temen-temen kalo gak bakal sekolah?" Sania menggelengkan kepalanya pertanda belum memberitahu sahabatnya, karena Sania baru saja memegang ponselnya saat Azril menelepon.
"Yaudah nanti gue bilangin deh ke temen lo."
"Iya."
"Menurut lo, gue itu orangnya gimana?" Tanya Azril.
"Maksudnya?"
"Ya menurut lo? Selama kurang lebih kenal gue dua minggu, penilaian lo tentang gue gimana?"
"Nyebelin."
"Masa nyebelin sih." Sahut Azril dengan bibir yang mengerucut tapi terlihat sangat imut di mata Sania, membuatnya iri padahal Sania juga tidak kalah imut dari Azril.
Sania tertawa, "Iya nyebelin, lo emang nyebelin." Azril bersyukur karena Sania sudah bisa tertawa kembali tidak seperti tadi yang wajahnya terlihat murung seperti banyak pikiran.
"Gue kerumah lo ya San?"
"Mmm bilang sama Bunda gih."
Setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Sania, Azril mencari kontak Farida untuk meminta izin.
"Assalamualaikum Bunda."
"Waalaikumsalam Azril, ada apa? Tumben nelpon?"
"Gini bun, boleh gak Azril main kerumah Bunda? Mau liat Sania, boleh ya Bunda?" Azril merengek kepada Farida, ia sudah menganggap Farida sebagai ibunya sendiri, tapi kan orang lain pasti malu apalagi kalau sama mertua eh calon mertua. Ingat loh ini masih calon mertua belum jadi mertua beneran. Si Azril tidak punya malu emang.
"Bunda kebayang wajah kamu lagi ngerengek gitu Zril." Farida terkekeh di seberang sana, pasti sedang membayangkan wajah Azril yang absurd seperti yang ia bilang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...