SANAZ - 1

7.9K 298 1
                                    

Hari ini merupakan hari pertama Sania masuk sekolah barunya. SMA Taruna Sakti. Sekolah pilihan orang tuanya karena sekolah ini merupakan salah satu SMA terbaik yang ada di Jakarta. Ayahnya juga bilang bahwa pemilik sekolah ini kenal dengannya jadi bisa menitipkan Sania dan memantau Sania. Jaga-jaga supaya Sania tidak nakal, bercanda. Sania anak baik-baik, tidak nakal. Bahkan untuk bolos sekali pun Sania akan berpikir beratus-ratus kali sampai akhirnya tidak jadi bolos.

Saat memasuki gerbang, banyak yang memperhatikannya terutama kaum laki-laki. Entahlah, Sania merasa sedikit risih karena mereka secara terang-terangan menatapnya.

Sania menarik nafasnya pelan lalu melanjutkan langkah kakinya mencari ruang kepala sekolah.

"Gede banget anjrit sekolahnya, udah cape diliatin terus lagi. Meresahkan! Ini gak ada yang mau nunjukin ruang kepsek dimana gitu? Harus gue nanya duluan? Dih ogah malu baru masuk udah so kenal so dekat." ujar Sania dalam hati.

"MASYAALLAH BIDADARI SYURGA."

"Siapa sih namanya? Cantik banget anjir."

"Gatau, sumpah gue merasa insecure liatnya."

"YA ALLAH NENG, ABANG GA KUAT LIATNYA."

"Kita ke KUA yuk neng."

"Eh mau ngapain anjir."

"Gue mau nikah lah sama si neng cantik."

"Halah gaya lu, muka kaya panci gosong aja PD nya selangit. Inget kata tukang parkir, mundur aja dah mundur."

Kira kira begitulah ucapan mereka saat Sania lewat penangkaran buaya. Namun, Sania tidak terlalu mempedulikannya, hanya tersenyum geli dan tetap berjalan santai di koridor dengan kepala yang celingukan mencari ruang kepala sekolah. Saat sedang mencari ruang kepala sekolah, ada seorang laki-laki yang menyapanya.

"Hai." Sapa laki-laki itu.

"Hai." Sania pun menyapa balik.

"Kenalin nama gue Wildansyah Dylan Alfarizqi bisa dipanggil Wildan, Dylan, Alfa, Rizki atau serah lo deh mau manggil apa, panggilan gue banyak soalnya, gue ketua OSIS disini. Gue liatin dari tadi lo celingukan sambil liat nama nama ruangan disini, lo murid baru? Lagi cari ruang kepala sekolah?" Tanya Wildan kepada Sania.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Yaudah yuk gue anterin, tadi Pak Yuda bilang katanya bakal ada murid baru dan gue harus bantu. Emang lo siapanya pemilik yayasan?"

"Temen ayah."

"Oh." Wildan menganggukkan kepalanya, "Ikutin gue."

Sania hanya menganggukkan kepalanya lalu mengikuti Wildan menuju ruang kepala sekolah, bagaimana pun juga ia butuh seseorang untuk mengantarnya daripada terus celingukan seperti tadi seperti anak hilang.

Saat sudah sampai di depan ruang kepala sekolah, laki-laki itu pun mengetuk pintu sebagai tanda meminta izin untuk masuk.

Tok Tok Tok

"Masuk." Sahut bapak kepala sekolah dari dalam, yang bernama Pak Wisnu Sanjaya. Mereka pun masuk ke dalam ruangan itu.

"Assalamualaikum, selamat pagi pak." Sapa Wildan sambil mencium tangan Pak Wisnu diikuti oleh Sania.

"Waalaikumsalam. Pagi, silahkan duduk." Perintahnya kepada Wildan dan Sania. "Sania Qariera Radhiya? Pindahan dari SMA Negeri 1 Palembang?" Tanyanya.

"Iya pak." Sahut Sania dengan nada yang sopan.

"Kalau boleh tau, kenapa kamu pindah sekolah? Padahal sekolah kamu yang dulu termasuk sekolah favorit juga." Tanya Pak Wisnu.

"Ayah saya katanya harus mengurus perusahaan yang disini pak, terpaksa ayah saya pindah kesini dan saya sama bunda saya ikut ayah." Jawab gadis itu.

SANAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang